Rabu, 04 Januari 2012

contoh laporan PKL

MATRIKS PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

N A M A : MUHAMAD RIDWAN
STAMBUK : E 281 08 034
USULAN JUDUL

IDENTIFIKASI VARIETAS TANAMAN KUBIS PADA LAHAN DATARAN RENDAH DAN TINGGI

PERUMUSAN MASALAH
Kubis merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia sebagai sayur. Kubis juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh misalnya sebagai penghambat tumor. Tanaman kubis juga sangat potensi dikembangkan di wilayah Sulawesi Tengah, namun tidak semua variatas yang dapat dikembangkan di wilayah Sulawesi Tengah. Sehingga pentingnya melakukan identifikasi varietas di Wilayah Sulawesi Tengah khususnya dataran rendah maupun tinggi.
TUJUAN DAN KEGUNAAN

Tujuan praktek kerja lapang ini adalah untuk mengidentifikasi varietas kubis pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Kegunaannya untuk menambah ilmu pengetahuan, sebagai sumber informasi penggunaan varietas yang cocok untuk dikembangkan pada dataran rendah dan dataran tinggi.

RINGKASAN METODOLOGI

Alat yang digunakan yaitu mistar, alat tulis menulis dan dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman kubis pada dataran rendah dan dataran tinggi .
Adapun pelaksanaannya yaitu :
1. Berkuncung ke lahan petani kubis pada dataran rendah dan dataran tinggi.
2. Wawancara dengan petani
3. Identifikasi varietas tanaman kubis.
4. Mendukomentasikan hasil identifikasi.
LOKASI PKL

DESA BOLU POUNTU JAYA (SIDERA) DAN NAPU

KESEDIAAN SEBAGAI PEMBIMBING
Nama Dosen :


Ramli, SP., MP
NIP.19710702 200112 1 001
Kesediaan :

Bersedia/Tidak bersedia

Tanda Tangan :

Palu, November 2011
Disetujui:
Ketua Program Studi Yang Bersangkutan


Dr. Ir. Andi Ete, Ms Muhamad Ridwan
NIP: 19620704 198803 2 003 E 281 08 034

Kamis, 29 September 2011

मकलाह penyuluhan

TUGAS INDIVIDU
PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
“Peran Penyuluhan Dalam Pembangunan Pertanian”
Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya
berprofesi dalam bidang pertanian. Kegiatan pertanian tidak bisa dipisahkan
dengan kebutuhan hidup manusia. Pengetahuan serta perkembangan tekhnologi
sangat penting dalam menunjang kemajuan pertanian. Salah satu cara antara lain
adalah penyuluhan. Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian
berperan sebagai penghubung yang menghubungkan praktek yang dijalankan oleh
petani dengan pengetahuan dan teknologi petani yang selalu berkembang menjadi
kebutuhan para petani. Agar para petani dapat melakukan praktek-praktek yang
mendukung dalam usaha taninya maka petani membutuhkan informasi inovasi
dibidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara lain dari
PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan
pertanian. Penyuluhan dapat menjadi sarana kebijaksanaaan yang efektif untuk
mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai
tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana
kebijakan penyuluhan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau
organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani tersebut.
PEMBAHASAN
Sudah sejak lama Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan taraf
hidup masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat
Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani
agar mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian di
Indonesia. Berbagai skim bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi
Sarana Produksi, Bantuan Modal Langsung, Kredit Usaha Tani, dan lain
sebagainya yang jumlahnya sangat beragam. Namun hasilnya petani Indonesia
masih berpendapatan rendah, masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan
masih selalu berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha
taninya. Begitu pula dengan program-program penyuluhan pertanian yang selama
ini sudah berjalan, belum mampu secara optimal membantu petani dalam
meningkatkan taraf hidupnya, serta belum mampu mendorong petani untuk
menemukan pemecahan masalahnya sendiri dalam melaksanakan usaha taninya
(Mushero, 2008).
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk
merevitalisasi penyuluhan, dan salah satu strategi dalam program tersebut adalah
memberdayakan petani atau kelompok tani melalui Gabungan Kelompok Tani
atau Gapoktan. Melalui Gapoktan seluruh kekuatan yang dimiliki oleh petani
dalam kelompoknya digabungkan untuk menggerakkan kelompok. Dengan kata
lain petani di didik untuk lebih mandiri dengan mengandalkan kekuatan mereka
sendiri. Selain itu ada yang lebih istimewa dalam program ini, yaitu pemerintah
ingin menaikkan status petani melalui kemandirian dan kreativitas mereka, karena
Gapoktan akan berstatus hukum yang jelas sehingga memiliki daya tawar lebih
tinggi dan diakui secara resmi sebagai suatu kelompok usaha. Gapoktan akan
memiliki berbagai bentuk izin usaha, rekening bank, asset, akte notaris, dan lain
sebagainya selayaknya perusahaan. Selain itu Gapoktan diharapkan mampu
berkembang menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri, sehingga Gapoktan
menjadi pemberdayaan petani andalan dari sektor pertanian saat ini
(Mushero, 2008).
Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya
memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan
tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban
dan Hawkins, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) yang
menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani,
yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan
kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang
selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran.
penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan
peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih
baik. Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat
digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak,
petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan
agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai
sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani.
Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi
pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang
semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia. Pembangunan seperti
ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda
dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang
efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang
berkembang (Ilham, 2010). Van Den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan
bahwa konsep dasar penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial
yang disadari. Komunikasi yang disengaja melalui informasi adalah untuk
membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang
benar serta mengubah perilaku petani menjadi lebih baik. Peranan merupakan
aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan dia menjalankan
perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang
sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan
harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian, 2009). Menurut
Fashihullisan (2009) peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu:
menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga
menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk
menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam
mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai
lingkungan sosialnya. Peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat
dikategorikan ke dalam empat peran, yaitu :
1. Peran fasilitator (Facilitative Roles),
2. Peran pendidik (Educational Roles),
Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu:
sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang
kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat
petani. Kartasapoetra (1994) juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang
sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian moderen yaitu
pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah:
1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi,
penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani
mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.
2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi
kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para
petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan
ekonomis.
3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh
berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani
beserta keluarganya. Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat,
mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari
penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan
penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa peran penyuluhan
dalam pembagunan pertanian sangat besar. Penyuluh mempunyai peran yang
banyak baik sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai
pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap
hubungan masyarakat petani. Kesejahtraan dan pengembangan pengetahuan
petani tidak lepas dari kegiatan penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Peran Penyuluh Pertanian. http://www.google.co.id. Di akses
pada tanggal 20 Mei 2011.
_______, 2010. Pendahuluan. http://www.google.co.id. Di akses pada tanggal
20 Mei 2011.
LAMPIRAN

Jumat, 03 Juni 2011

pembiakan vegetatif

TUGAS INDIVIDU


PEMBIAKAN VEGETATIF




Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034





















PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
PENDAHULUAN
Pembiakan vegetatif merupakan cara pembiakan tanaman yang secara umum dapat diartikan sebagai pembiakan tanaman tanpa melalui biji. Banyak metode atau cara yang digunakan dalam pembiakan vegetatif. Saat ini pembiakan vegetatif banyak dipilih oleh manusia dalam melakukan perbanyakan tanaman. Pemanfaatan organ vegetatif ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya cepat tumbuh, sifatnya sama dengan induknya, dapat berproduksi dengan cepat dan masih banyak lagi keuntungan dari pembiakan vegetatif sehingga menjadi alasan banyak orang menggunakan cara ini untuk perbanyakan tanaman.
Metode atau cara pembiakan vegetatif yang banyak digunakan antara lain yaitu stek, okulasi, grafting, cangkok, rundukan, bahkan lebih berkembang lagi dengan pemanfaatan organ tanaman melalui kultur jaringan. Secara umum organ tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan pembiakan vegetatif yaitu akar, batang, cabang/ranting, umbi serta daun.





PEMBAHASAN
Bagian vegetatif tanaman yang dimanfaatkan untuk menjadi bahan tanam yaitu :
1. AKAR
Organ tanaman yang dimanfaatkan dalam pembiakan vegetatif diantaranya akar. Metode yang dilakukan untuk pemanfaatan organ akar yaitu dengan stek akar. Stek akar merupakan cara yang bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek akar dapat berupa akar tanaman. Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan. Bagian akar yang kita ambil adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari tanaman yang berdaun banyak. Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan mempunyai persiapan-persiapan karbohidrat, protein dan lemak sebagai cadangan makanan dari hasil fotosintesis dan sebagai sumber energy untuk pembentuk akar baru (Hardjadi, 1996).
Banyak jenis tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara ini yaitu beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat, perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman pohon yang sudah kita ketahui bias diperbanyak dengan stek akar adalah cemara, jambu biji, jeruk keprok, kesemak, dan sukun (Wudianto, 2002).



2. BATANG
Batang merupakan organ tanaman yang mempunyai fungsi sangat penting bagi tanaman. Selain berfungsi sebagai penyangga tanaman batang juga sangat berperan dalam penyaluran hara maupun air untuk kebutuhan tanaman. Beberapa cara pembiakan vegetatif dengan memanfaatkan batang yaitu grafting, stek dll.
Stek batang adalah stek yang menggunakan bagian dari batang tanaman, sebagian orang menyebutkan dengan stek cabang. Umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek cabang adalah tanaman berkayu. stek cabang ini meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua (Wudianto 2002).
Stek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah. Syarat multah tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus memiliki cambium batang, cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus memenuhi syarat berikut : tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan umur tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun, sehat yaitu bebas dari hama dan penyakit,subur, dan tidak tergantung keadaan efisiensi atau kekurangan salah satu unsure yang diperoleh tanaman, diameter bahan stek sekitar 0,5 cm dan bahan stek harus memiliki cukup bakal tunas (Rahardja dan wahyu, 2003).
Menyambung (grating) adalah salah satu pembiakan vegetative, dimana menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman berbeda sedimikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Penyambungan mutlak memerlukan batang atas dan batng bawah. Ciri-ciri batang bawah adalah batang masih dilengkapi dengan akar. Sedangkan batang atas yang di sambungkan sering disebut ENTRIES atau SCION. Batang atas dapat berupa potongan batang atau biiasa juga batang yang masih berada pada pohon induknya (Saptarani, Widayanti dan lisa sari, 1999).
3. CABANG
Pemanfaatan cabang secara umum banyak dilakukan dengan metode stek, yang
Perlakuannya sama dengan stek batang. Stek cabang banyak dilakukan pada tanaman-tanaman hias. Selain stek metode okulasi juga memanfaatkan organ cabang dalam metode pembiakannya. Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Sama halnya dengan enten, okulasi ini biasanya menggunakan batang bawah dan batang atas (cabang) dari satu spesies atau dari satu varietas. Penyambungan tanaman dari satu varietas atau dari satuspesies memang dapat dilakukan tanpa mengalami kesukaran. Lain halnya dengan okulasi yang dilakukan antarspesies biasanya agak mengalami kesukaran. Hal demikian di karenakan antarbatang atas dan batng bawah kadang-kadang terdapat perbedaan fisiologis.
Cangkok adalah metode pembiakan vegetatif yang juga memanfaatkan organ cabang. Mekanisme cangkok yakni dengan melakukan pemutusan jalur makanan sebagian maupun keseluruhan dengan harapan tumbuhnya akar pada bagian yang sayat yang nantinya menjadi individu baru setelah dipisahkan dari induknya.

4. DAUN
Daun merupakan organ tanaman yang sangat penting bagi tanaman. Hal ini daun mempunyai fungsi penting dalam hal fotosintesis. Seiring dengan perkembang ilmu pengetahuan, ditemukan ternya daun juga dapat dimanfaatkan untuk pembiakan vegetatif. Cara umum yang digunakan adalah dengan stek daun, bahkan lebih berkembang lagi dengan kultur jaringan.
Stek daun adalah pembiakan dengan pematangan sehelai daun dari tanaman induknya dengan maksud mengusahakan perakaran dari bagian daun tersebut, stek daun banyak diterapakan pada tanaman hias sukulen, daun lebal berdaging dan kandungan airnya juga tinggi. Daun yang dipilih untuk stek ini harus telah cukup umurnya dan mempunyai karbahidrat yang tinggi dan harus hijau (Setyati, 1995).
Perbanyakan dengan stek daun yaitu menggunakan sehelai daun yang lengkap dengan tangkainya, sedangkan pada tanaman lain seperti begonia diperbanyak dengan helai daun tanpa tangkai.tanaman sukuren yang mempunyai daun berukuran besar, yaitu panjang lebih dari 10 cm, dapat diperbanyak dengan memotong daunnya secara horizontal menjadi bagian-bagian (Basir, 1998).





DAFTAR PUSTAKA
Basri Jumin, 1998. Dasar-dasar agronomi. Rajawali Press, Jakarta.
Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta, 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Depok.
Rini Wudianto, 1996. Membuat Setek, Cangkok dan okulasi. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Saptarani, Eti Widayanti dan Lila Sari, 1999. Cara Bercocok Tanaman Secara Vegetatif. Sinar Mas, Jakarta.
Setyati Hardjadi, 1995. Pengantar agronomi, PT. Gramedia, Jakarta.
Wordpress, 2008. http: //k4107078. wordpress. Com /2008 / 03 /18 /perkembangbiakan- vegetatif/. Diakses 28 mei 2011.

Minggu, 26 Desember 2010

permasalahan tentang kelapa sawit



Tugas Individu

MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN


Permasalahan dalam Ditribusi Produk Kelapa Sawit








Oleh

MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034














PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010

I. PENDAHULUAN
Selama bertahun-tahun, kelapa sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan merupakan salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan devisa. Disamping memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara, perannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2003, total devisa yang dihasilkan industri ini mencapai US$ 2,6 miliar atau 4,3% dari total ekspor Indonesia seluruhnya yang mencapai US$ 61 miliar2. Nilai ekspor ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding nilai ekspor 2002 yang mencapai US$ 2,35 miliar (4,11% terhadap total nilai ekspor seluruhnya), maupun nilai ekspor pada 2001 yang mencapai US$ 1,23 miliar (2,18% terhadap total nilai ekspor seluruhnya).
Diantara permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas tanaman, kurangnya dukungan riset/lembaga riset yang memadai untuk pengembangan produksi maupun produk turunannya, kurangnya promosi di pasar internasional, standarisasi dan sertifikasi bibit yang belum sempurna, terbatasnya pabrik pengolahan CPO, dan kurang berkembangnya industri hilir. Dari sisi pemerintah, selain belum memiliki program atau rencana pengembangan yang jelas dan terintegrasi di sub sector kelapa sawit, perannya dalam hal riset, promosi, pemasaran maupun akses ke Negara tujuan ekspor – sebagaimana dilakukan pemerintah Malaysia dengan sangat baik masih dirasakan kurang memadai. Persoalan lain adalah kurang banyaknya pelabuhan ekspor, serta kurang memadainya sarana dan prasarana dari pelabuhan yang ada.
Dari sisi eksternal banyaknya hambatan perdagangan yang dikenakan importir CPO terbesar dunia seperti India, Eropa dan Cina yang membuat aturan-aturan impor yang menyulitkan produsen, seperti bea masuk yang tinggi, pencantuman kandungan lemak jenuh dalam kemasan dan gencarnya promosi minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari sebagai pengganti CPO di negara-negara maju yang dapat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap minyak sawit. Meskipun demikian, di sisi lain Indonesia juga memiliki banyak kelebihan dibanding Malaysia sehingga memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk meningkatkan pangsa pasarnya dimasa-masa mendatang, bahkan menggeser posisi Malaysia sebagai produsen CPO nomor satu dunia. Indonesia memiliki cadangan lahan perkebunan yang relatif masih sangat luas untuk perkebunan kelapa sawit yang diperkirakan mencapai lebih dari 9 juta hektar. Sebaliknya Malaysia mulai kehabisan lahan untuk melakukan ekstensifikasi sehingga satu-satunya cara meningkatkan produksi adalah dengan intensifikasi, atau melakukan ekspansi lahan ke luar Malaysia (dalam hal ini ke Indonesia). Kelebihan lainnya adalah biaya produksi kelapa sawit Indonesia yang relatif lebih murah dibanding Malaysia. Menurut catatan GAPKI, pada 1998 biaya produksi CPO Indonesia berkisar antara US$ 135,5 hingga US$ 203 per ton, jauh dibawah Malaysia yang berkisar antara US$ 206,5 hingga US$ 243,5 per ton. Karena itu, dengan pengelolaan yang lebih optimal, peluang Indonesia untuk meningkatkan produksi baik melalui intensifikasi maupun perluasan luas lahan masih sangat besar.


II. PERMASALAHAN
Saat ini, Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar dunia setelah Malaysia dengan total produksi 9,9 juta ton pada 2003. Padahal, bila dilihat dari potensi luas lahan dan sumberdaya manusia yang tersedia, Indonesia jauh lebih unggul dibanding Malaysia. Masih relatif rendahnya produksi kelapa sawit Indonesia disbanding Malaysia disebabkan berbagai permasalahan dan kurang optimalnya dukungan pemerintah. Diantara permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas tanaman, kurangnya dukungan riset/lembaga riset yang memadai untuk pengembangan produksi maupun produk turunannya, kurangnya promosi di pasar internasional, standarisasi dan sertifikasi bibit yang belum sempurna, terbatasnya pabrik pengolahan CPO, dan kurang berkembangnya industri hilir. Dari sisi pemerintah, selain belum memiliki program atau rencana pengembangan yang jelas dan terintegrasi di sub sektor kelapa sawit, perannya dalam hal riset, promosi, pemasaran maupun akses ke Negara tujuan ekspor – sebagaimana dilakukan pemerintah Malaysia dengan sangat baik masih dirasakan kurang memadai. Persoalan lain adalah kurang banyaknya pelabuhan ekspor, serta kurang memadainya sarana dan prasarana dari pelabuhan yang ada.




III. PEMBAHASAN
Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan swasta. Pertumbuhan luas areal yang pesat kembali terjadi pada lima tahun terakhir, yakni periode 1999-2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada 2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata lebih dari 200 ribu hektar setiap tahunnya.
Areal penanaman kelapa sawit Indonesia terkonsentrasi di lima propinsi yakni Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh. Areal penanaman terbesar terdapat di Sumatera Utara (dengan sentra produksi di Labuhan Batu, Langkat, dan Simalungun) dan Riau. Pada 1997, dari luas areal tanam 2,5 juta hektar, kedua propinsi ini memberikan kontribusi sebesar 44%, yakni Sumatera Utara 23,24% (584.746 hektar) dan Riau 20,76% (522.434 hektar). Sementara Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh masing-masing memberikan kontribusi 7% hingga 9,8%, dan propinsi lainnya 1% hingga 5%.Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan swasta. Pertumbuhan luas areal yang pesat kembali terjadi pada lima tahun terakhir, yakni periode 1999-2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada 2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata lebih dari 200 ribu hektar setiap tahunnya. Areal penanaman kelapa sawit Indonesia terkonsentrasi di lima propinsi yakni Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh. Areal penanaman terbesar terdapat di Sumatera Utara (dengan sentra produksi di Labuhan Batu, Langkat, dan Simalungun) dan Riau. Pada 1997, dari luas areal tanam 2,5 juta hektar, kedua propinsi ini memberikan kontribusi sebesar 44%, yakni Sumatera Utara 23,24% (584.746 hektar) dan Riau 20,76% (522.434 hektar). Sementara Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh masing-masing memberikan kontribusi 7% hingga 9,8%, dan propinsi lainnya 1% hingga 5%.Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan swasta. Pertumbuhan luas areal yang pesat kembali terjadi pada lima tahun terakhir, yakni periode 1999-2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada 2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata lebih dari 200 ribu hektar setiap tahunnya. Areal penanaman kelapa sawit Indonesia terkonsentrasi di lima propinsi yakni Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh. Areal penanaman terbesar terdapat di Sumatera Utara (dengan sentra produksi di Labuhan Batu, Langkat, dan Simalungun) dan Riau. Pada 1997, dari luas areal tanam 2,5 juta hektar, kedua propinsi ini memberikan kontribusi sebesar 44%, yakni Sumatera Utara 23,24% (584.746 hektar) dan Riau 20,76% (522.434 hektar). Sementara Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Aceh masing-masing memberikan kontribusi 7% hingga 9,8%, dan propinsi lainnya 1% hingga 5%.
Dilihat dari status kepemilikannya, perkebunan kelapa sawit Indonesia terdiri dari Perkebunan Negara, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat. Pada 2000,perkebunan swasta menguasai 51% dari luas areal perkebunan, perkebunan Negara 16%, dan perkebunan rakyat 33%. Perkebunan rakyat terkonsentrasi pada 4 propinsi yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Perkebunan milik Negara (PTP) terkonsentrasi di Sumatera Utara, dan perkebunan swasta terkonsentrasi di Riau, Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Selatan. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit Indonesia bervariasi menurut jenis pemilikan. Menurut Departemen Pertanian, pada umumnya tingkat produktivitas perkebunan rakyat paling rendah dibandingkan perkebunan negara dan perkebunan swasta. Diperkirakan, produktivitas perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha. Ini disebabkan kurangnya perawatan perkebunan tersebut. Sementara itu, perkebunan negara memiliki produktivitas tertinggi, yakni rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar. Sedangkan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar.
Tingkat produktivitas rata-rata perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga relative lebih rendah dibandingkan Malaysia. Menurut GAPKI, produktivitas perkebunan kelapa sawit Indonesia baru mencapai angka 3.1 juta ton per hektar, sementara Malaysia telah mencapai 3.6 juta ton per hektar. Relatif rendahnya tingkat produktivitas kelapa sawit Indonesia diantaranya disebabkan sebagian besar tanaman masih muda usianya, tidak terpenuhinya baku kultur bibit, pencurian buah, serta kelangkaan pupuk dan tingginya harga pupuk.
Luas lahan yang tersedia untuk pengembangan kelapa sawit masih sangat luas. Pemerintah sendiri pada 2001 telah menyediakan 9,13 juta hektar di Indonesia bagian Timur untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Lokasi lahan yang disediakan terletak di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Dari luas lahan yang tersedia tersebut baru 2.79% atau 255 ribu hektar lahan yang telah dimanfaatkan. Hingga saat ini, terdapat tiga perusahaan penghasil benih kelapa sawit bersertifikat di Indonesia, yakni PT. London Sumatera Indonesia, PT. Socfindo, dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berlokasi di Medan, dengan total kapasitas produksi 80 juta bibit sawit per tahun. Namun demikian, karena banyaknya jumlah bibit palsu yang beredar – Direktorat Jenderal Perkebunan memperkirakan jumlah bibit palsu mencapai 40% dari total bibit yang beredar – permintaan terhadap benih bersertifikasi cenderung menurun, khususnya dari perkebunan rakyat. Sebagai gambaran, pada 2001 penjualan benih kelapa swait bersertfikat mencapai 20,5 juta, namun pada 2002 merosot tajam menjadi 13,6 juta benih3. Sejalan dengan peningkatan luas areal, produksi CPO Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan selama lima tahun terakhir. Lonjakan produksi yang cukup tajam terjadi pada kurun waktu 1999-2001 yang meningkat dari 6 juta ton menjadi 9 juta ton. Produsen CPO terbesar adalah Sumatera Utara yang memberikan kontribusi lebih dari 4,5 juta ton CPO atau sekitar 50% dari total produksi CPO nasional. Saat ini terdapat enam pemain terbesar bisnis CPO yang menguasai lebih dari 50% areal perkebunan kelapa sawit, yakni PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) – yang terdiri dari 9 PTPN -- Sinar Mas, Raja Garuda Mas, Astra Agro Lestari, Minamas Plantation (Kelompok Guthrie Berhad asal Malaysia), dan Indofood Tbk.
Menurut National Distribution Network, saat ini terdapat sekitar 80 perusahaan penyulingan minyak goreng sawit di Indonesia yang tersebar di 11 propinsi di Sumatera, Jawa dan Kalimantan dengan total kapasitas produksi 7,79 juta ton per tahun. Sebesar 62% diantaranya (4,8 juta ton) dikuasai oleh 7 grup produsen yakni Hasil Karsa, MusimMas, Sinar Mas, Karya Prajona Nelayan, Raja Garuda Mas, dan Sungai Budi. Pada industri margarine dan shortening, CPO memberikan kontribusi sekitar 80% terhadap komponen bahan baku. Sementara pada industri sabun cuci CPO memberikan kontribusi sebesar 20% dan sabun mandi 80%. Pada saat ini terdapat paling tidak 17 industri margarine dan shortening di Indonesia. Meskipun penggunaan CPO untuk industri sabun masih relatif kecil, penggunaannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Produk oleochemical yang diolah dari CPO terdiri dari Fatty Acid, Fatty Alkohol, Glyserine dan Stearic Acid. Produk ini memiliki kegunaan yang sangat luas untuk berbagai industri, seperti pembuatan deterjen, personal care, farmasi, industri PVC, pelumas pada industri tekstil, dan lain-lain. Dibanding CPO, produk oleokimia memiliki Margarine, Oleohemical, 1.60% 6.80% Ekspor, 60% Sabun, 2% Minyak Goreng, 29.60% 6 nilai tambah lebih tinggi dan harga yang lebih stabil. Harga CPO berfluktuasi antara US$ 250 sampai dengan US$ 500 per ton, sedang harga produk oleokimia bisa mencapai hingga US$ 1000 per ton. Namun demikian, penggunaan CPO untuk industri ini masih relatif rendah (sekitar 6,8%) karena kurang berkembangnya industri ini di dalam negeri. Saat ini, menurut Komisi Minyak Sawit Indonesia (KMSI), Indonesia baru memiliki 7 perusahaan oleochemical yang menggunakan 6,8% produksi CPOnya, dengan total produksi 609 ribu ton pada 2002. Bandingkan dengan Malaysia yang telah memiliki 22 pabrik oleochemical (dan telah merencanakan penambahan 19 buah pabrik lagi) dengan total produksi 1,7 juta ton per tahun – yang menggunakan 20% hasil CPOnya. Disamping itu, produk oleochemical di Indonesia masih berupa produk sampingan sedang di Malaysia sudah menjadi produk utama. Diantara perusahaan yang bergerak di bidang produk oleochemical adalah PT. Cisadane Raya Chemical, PT. Sumiasih Oleochemical, PT. Sinar Oleochemical (Sinar Mas Group), PT. Ecogreen Oleochemical, dan PT Flora Sawita Chemindo. Dimasa mendatang, konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 5,6 juta ton pada 2010. Penggunaan terbesar pada industri minyak goreng (51%), diikuti industri margarine dan shortening (37%), Oleochemical (8%), industri sabun mandi (3%) dan industri sabun cuci (1%).
Volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia cenderung meningkat sejak 1999 setelah mengalami penurunan yang cukup tajam pada 1998. Pada 2003, volume ekspor mencapai 6,38 juta ton, meningkat 136% dibanding 1999 yang mencapai 3,3 juta ton. Ini diikuti peningkatan nilai ekspor sebesar 93%, yakni dari US$ 1,1 miliar menjadi US$ 2,6 miliar. Ekspor minyak sawit Indonesia ditujukan ke 123 negara. Pada 2002, volume ekspor terbesar ke India dengan kontribusi 28% (1,8 juta ton), diikuti Belanda 17% (1,1 juta ton), Cina 8% (483 ribu ton), dan Malaysia serta Singapura masing-masing sebesar 6%. Kelima negara ini secara bersama-sama menyerap sekitar 65% dari total ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Pada 2004, ekspor ke India diperkirakan akan menurun, karena adanya ketentuan Pemerintah India yang mensyaratkan kandungan betta carotene minimal 500 part per million (ppm) , sedang kandungan betta carotene CPO dari Indonesia sekitar 450 ppm. Persyaratan tersebut menyebabkan banyaknya CPO yang tertahan di pelabuhan. Namun, pada tahun berikutnya diharapkan ekspor ke India kembali meningkat menyusul 7 ditundanya pemberlakuan ketentuan tersebut oleh pemerintah India setelah pemerintah RI meminta klarifikasi dan penjelasan mengenai kebijakan tersebut. Sebaliknya, peluang ekspor ke Cina pada 2004 diperkirakan meningkat sekitar 10 hingga 15%. Dengan konsumsi minyak goreng per kapita 10-12 kg per tahun, dan jumlah penduduk 1,4 milyar jiwa, kebutuhan minyak goreng Cina diperkirakan mencapai 14 juta ton setiap tahunnya. Jumlah tersebut belum termasuk untuk keperluan industri. Saat ini, sebagian besar kebutuhan minyak sawit Cina dipasok dari Malaysia. Total ekspor Indonesia ke Cina pada 2004 ditargetkan mencapai 600 ribu ton. Harga CPO di pasar internasional sangat berfluktuasi. Pada 1999 misalnya, harga CPO melonjak hingga US$ 700 per ton, namun kembali merosot tajam pada 2001 menjadi US$ 276 per ton. Sementara pada 2004, harga CPO cenderung meningkat dengan harga yang cukup menggairahkan, berkisar pada US$ 400 hingga US$ 550 per ton. Ini disebabkan menurunnya produksi minyak kedelai, tingginya tingkat permintaan dari Cina dan India, serta produksi minyak sawit Malaysia yang cenderung flat. Pada 2010, diperkirakan volume ekspor CPO Indonesia akan mencapai 4,5 juta ton, sedangkan ekspor turunan lainnya mencapai 5,6 juta ton sehingga proyeksi kebutuhan CPO untuk ekspor pada tahun 2010 adalah 10,1 juta ton.












DAFTAR PUSTAKA
Prasetyani Martha dan Miranti Ermina. 2009. Potensi dan Prospek Bisnis Kelapa Sawit Indonesia. http://serikatpetanikelapasawit.blogspot.com/2009/10/potensi.html. Diakses Kamis, 16 Desember 2010

Anonim. 2009. Sawit Masih Terjebak Masalah Klasik. bataviase.co.id/content/sawit. Diakses Kamis, 16 Desember 2010

Selasa, 21 Desember 2010

bioteknologi

I. PENDAHULUAN
Bioteknologi sebagai sebuah alat menawarkan peluang terobosan di dalam memecahkan persoalan kultur teknis tanaman dan kesehatan yang tidak dapat atau terlalu mahal dan/atau terlalu lama diselesaikan dengan menggunakan teknologi konvensional. Keunggulan teknologi berbasis hayati ini terletak pada fokus penanganan masalah yang bersifat mikro di tingkat sel atau molekuler, sehingga waktunya relatif pendek dan hasilnya dapat diprediksikan. Bioteknologi memiliki gradien dari yang terendah yaitu bioteknologi tradisional berupa pemanfaatan mikroba, hingga bioteknologi modern seperti rekayasa genetika. Kompleksitas yang beragam ini harus diupayakan menjadi sederhana ketika teknologi disampaikan ke pengguna, khususnya petani di pedesaan. Pemanfaatan teknologi ini oleh petani di pedesaan akan lebih memperkokoh fondasi agribisnis yang berdaya saing kuat, sehingga memacu terbangunnya komunitas petani dengan kapasitas techno-preneurship yang tinggi. Makalah ini menyajikan konsepsi bioteknologi yang dapat diterapkan di pedesaan guna memfasilitasi kebangkitan sistem pertanian progresif (berkelanjutan). Beberapa contoh proses dan/atau produk bioteknologi disajikan sebagai ilustrasi tentang prospek dari aplikasi bioteknologi di pedesaan.
Indonesia merupakan negara agraris yang menitik-beratkan pembangunannya pada sektor pertanian. Namun, sangat ironis sekali bahwa berdasarkan data dari BPS (Biro Pusat Statistik) hingga saat ini Indonesia masih mengimpor beras, bahkan pernah mencapai volume 5,8 juta ton. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris pengimpor beras terbesar di dunia. Peningkatan volume impor produk-produk pertanian lainnya juga mengalami peningkatan. Impor jagung misalnya dari 298.236 ton (1998), 591.056 ton (20% dari kebutuhan, 1999) menjadi 1.199.322 ton (60% dari kebutuhan, 2000). Impor gandum sebesar 3,58 juta ton, kedelai sebesar 1,27 juta ton, gula pasir sebesar 1,7 juta ton. Data BPS juga menunjukkan bahwa pada tahun 2001 Indonesia mengimpor 0,8 juta ton kacang tanah, 0,3 juta ton kacang hijau, bahkan 0,9 juta ton gaplek.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas pertanian Indonesia. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Bappenas (2002) salah satu penyebabnya adalah berkurangnya lahan pertanian di Indonesia. Luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 1983 adalah seluas 16,7 juta ha, pada tahun 2002 luas sawah menyusut menjadi seluas 14 juta ha. Dalam periode tahun 1990 – 1995 konversi lahan subur di Pulau Jawa mencapai 10.000 ha per tahun. Penyebab lain menurut Adi (2003) adalah menurunnya kualitas lahan pertanian di Indonesia akibat erosi, residu bahan kimia seperti herbisida dan pestisida, dan pencemaran logam berat. Penurunan produktivitas pertanian Indonesia berbanding terbalik dengan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Apabila kondisi tersebut di atas tidak mengalami perbaikan yang signifikan, Bappenas (2002) memperkirakan pada tahun 2010 Indonesia akan mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton.
Produsen pertanian adalah petani di pedesaan, sedangkan konsumennya sebagian besar adalah masyarakat di perkotaan. Karena Revolusi Hijau dianggap memiliki dampak buruk bagi kualitas bumi, maka menurut pandangan masyarakat berteknologi maju bioteknologi dianggap dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatan produksi dan kualitas pertanian di pedesaan. Makalah ini menyajikan secara ringkas peluang aplikasi bioteknologi pertanian di pedesaan untuk meningkatkan efisiensi agribisnis yang berkelanjutan.















II. PERMASALAHAN
Di zaman yang serba cepat dan mengharuskan segala sistem yang begitu cepat pula karena didukung oleh populasi menusia yang sangat cepat pula hal itu berimbas pada dunia pertanian. Sebagai yang utama dalam masalah hidup ini menuntut sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan populasi manusia yang tidak terbendung secara cepat dan bagus tidak hanya kuantitas tetapi kualitasnya juga. Dari hal-hal seperti itulah bioteknologi di bidang pertanian berusaha untuk menjawab tantangan itu.
Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan pengobatan.
Bioteknologi memperlihatkan suatu rangkaian yang mengagumkan dari berbagai disiplin ilmu seperti mikrobiologi, anatomi tumbuhan dan hewan, biokimia, imunologi, biologi sel, fisiologi tumbuhan dan hewan, morfogenesis, aekologi, genetika dan banyak lagi lainnya.peranan biologi yang baru didapat ini telah memberikan sumbangan teramat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.














III. PEMBAHASAN
Rifai (2001) mengatakan, penggunaan bioteknologi untuk menciptakan kultivar unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim sangat berguna untuk pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Karenanya, pengembangan bioteknologi diberbagai bidang perlu mendapat perhatian serius. Satu fakta yang tidak dapat dipungkiri akibat ketertinggalan negara kita mengembangkan bioteknologi adalah dimanfaatkannya plasma nutfah negara kita oleh negara lain. Durian bangkok dan mangga berwarna keunguan dari Australia adalah sebagian kecil contohnya.
Bioteknologi seperti transgenik dalam bidang pertanian pada dasarnya telah mulai dikembangkan, namun penolakan-penolakan dari berbagai pihak menyebabkan teknologi ini tidak pesat perkembangannya. Tanaman-tanaman pertanian yang telah berhasil meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas, jagung, dan lain-lain.
Pro dan kontra penggunaan tanaman transgenik ramai dibicarakan diberbagai media massa. Salah satu contohnya adalah kapas transgenik. Pihak yang pro, terutama para petinggi dan wakil petani yang tahu betul hasil uji coba di lapangan memandang kapas transgenik sebagai mimpi yang dapat membuat kenyataan, sedangkan Pihak yang kontra, sangat ekstrim mengungkapkan berbagai bahaya hipotetik tanaman transgenik (Tajudin, 2001).
Selain kapas, Setyarini (2000) memaparkan tentang kontroversi penggunaan tanaman jagung yang telah direkayasa secara genetik untuk pakan unggas. Kekhawatiran yang muncul adalah produk akhir unggas Indonesia akan mengandung genetically modified organism ( GMO ). Masalah lain yang menjadi kekhawatiran berbagai pihak adalah potensinya dalam mengganggu keseimbangan lingkungan antara lain serbuk sari jagung dialam bebas dapat mengawini gulma-gulma liar, sehingga menghasilkan gulma unggul yang sulit dibasmi. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang pro mengatakan bahwa dengan jagung transgenik selain akan mempercepat swa sembada jagung, manfaat lain adalah jagung yang dihasilkan mempunyai kualitas yang hebat, kebal terhadap serangan hama sehingga petani tidak perlu menyemprot pestisida (W.Marlene Nalley.2001).

Pendekatan Biologi Molekuler untuk mengatasi Krisis Pangan

Penggunaan marka molekuler (penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang diinginkan dari keturunan hasil persilangan dengan pelacakan sifat-sifat tanaman berdasarkan DNA yang dimiliki tanaman akan mempercepat proses tersebut. Salah satu kelebihan dari metode ini adalah mempersingkat pengujian tanaman. Jika dengan cara konvensional diperlukan waktu sedikitnya lima tahun, dengan cara ini hanya diperlukan waktu paling lama tiga tahun. Dengan marka molekuler, pada generasi ketiga tanaman hasil persilangan sudah stabil.
Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk mengetahui jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemulia menjadi lebih mudah dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah perlindungan terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari ancaman kepunahan. Oleh karena itu, kegiatan konservasi dengan mendirikan laboratorium Bank Genetik sangat diperlukan. Dan tentu saja, hal itu akan lebih baik jika dilakukan tidak hanya oleh Balitbiogen saja (Anonymous, 2003).
Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik. Sudah diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama penyakit
( Nasution, Muhammad Arif. 2002).
• Tanaman Transgenik Toleran salin
Dengan teknologi kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman transgenik toleran salin. Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi protoplasma. Dapat juga ditransfer dari sejenis jamur yang tahan salin kepada tanaman yang akan dijadikan tanaman transgenik. Beberapa tomat, melon, dan barley transgenik yang toleran dengan salin (New Scientist, 1997 dalam Sitepoe,2001)
• Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan
Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah kering, kutikula yang tebal mengurangi kehilangan air, dan kesanggupan menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarkan enzim trehalose. Tembakau salah satutanaman transgenik yang dapat toleran dengan suasana kekeringan (Guardian Online, 1997 dalam Sitepoe, 2001).
• Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat badan spora. Apabila larva insek memakan spora maka di dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah dan keluarlah toksin. Toksin masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva, mengakibatkan alat pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun untung ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin (Feitelson et al, 1992).
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenic pertama yang menggunakan gen Bt toksin, disusul famili tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan sinar ultraviolet gen penghasil insektisida pada tanaman dapat diinaktifkan (Lal and Lal, 1990). Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampicillin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herhisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Bt toksin gen juga direkayasa ke tanaman kapas bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet (Sumber: Nottingham S, 1998).
Sejumlah tanaman transgenik toksin Bt telah berhasil diproduksi, antara lain kapas (Bt toksin terhadap cutton boll worm, produksi Monsanto, St. Louis, Missouri, Amerika Serikat; kini diuji coba secara terbatas di Sulawesi Selatan), kentang (Bt toksin terhadap Colorado bettle, produksi Mycogen, San Diego, California, Amerika Serikat), jagung (Bt toksin terhadap pengerek batang European, produksi Ciba Seed, Greensboro, California Utara, Amerika Serikat (Nasir, 2002).

• Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun barli (DB4) yang memakai promoter 35S cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan Phytophthora infestans sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh P. infestans mengalami penurunan lebih dari 55% jika dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P. infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV, misalnya dari protein selubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) dengan kontrol promotor 35S CaMV, mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan dihasilkan jagung transgenik yang bebas dari serangan virus.
Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada tanaman padi-padian untuk mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus padi. Di samping itu, usaha untuk meningkatkan kualitas beras seperti yang diinginkan oleh manusia juga sedang diusahakan. Jepang memberikan investasi yang cukup besaruntuk penelitian dan pengembangan di bidang biologi molekul padi.
• Kultur jaringan
Juga tak kalah pentingnya teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar dalam bidang pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya. Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titi tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak. Bayankan kalau ini sudah menyeluruh skala nasioanl perbanyak tanaman secara cepar mungkin saja dilakukan.

Sabtu, 16 Oktober 2010

perbedaan sel hewan dan tumbuhan

TUGAS
BIOTEKNOLOGI TANAMAN
PERBEDAAN SEL HEWAN DAN TUMBUHAN




Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034


















PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010
BAGIAN-BAGIAN SEL

a Dinding sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel terdiri daripada selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. Terdapat liang pada dinding sel untuk membenarkan pertukaran bahan di luar dengan bahan di dalam sel. Dinding sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu. Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.
b. Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma. Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel. Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson pada tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah “pembangkit tenaga” bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani ?-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
d. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
- Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
- Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
- Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi.
beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk membentuk lisosom
f. Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik. Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).Ada tiga jenis retikulum endoplasma: RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.
g. Nukleus
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri



h. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten
- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten
i. Sentriol (sentrosom)
Sentorom merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol (sepasang sentriol) yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan duplikasi sentrosom. Terdapat sejumlah fase tersendiri dalam duplikasi sentrosom, dimulai dengan G1 dimana sepasang sentriol akan terpisah sejauh beberapa mikrometer. Kemudian dilanjutkan dengan S, yaitu sentirol anak akan mulai terbentuk sehingga nanti akan menjadi dua pasang sentriol. Fase G2 merupakan tahapan ketika sentriol anak yang baru terbentuk tadi telah memanjang. Terakhir ialah fase M dimana sentriol bergerak ke kutub-kutub pembelahan dan berlekatan dengan mikrotubula yang tersusun atas benang-benang spindel.


j. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel.







PERBEDAAN SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN
1. Sel Hewan :
* tidak memiliki dinding sel
* tidak memiliki butir plastid
* bentuk tidak tetap karena hanya memiliki membran sel yang keadaannya tidak kaku
* jumlah mitokondria relatif banyak
* vakuolanya banyak dengan ukuran yang relatif kecil
* sentrosom dan sentriol tampak jelas
2. Sel Tumbuhan
* memiliki dinding sel
* memiliki butir plastid
* bentuk tetap karena memiliki dinding sel yang terbuat dari cellulosa
* jumlah mitokondria relatif sedikit karena fungsinya dibantu oleh butir plastid
* vakuola sedikit tapi ukurannya besar
* sentrosom dan sentriolnya tidak jelas

manfaat kelapa mudah

Air Kelapa Muda Bukan Hanya Sebagai Pereda Rasa Haus Saja

Kenikmatan yang tiada tara bila ketika berbuka puasa, salah satu sajiannya adalah serutan kelapa muda dicampur dengan airnya ditambah sirup dan es. Ternyata hasil penelitian dari Balai Penelitian Kelapa Manado dilporkan bahwa air buah kelapa muda memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai minuman kesehatan. Cairan ini bila dimanfaatkan untuk membasuh muka setiap hari, dapat menghilangkan jerawat dan bintik-bintik hitam. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagai minuman isotonik alami yang berfungsi sebagai penguat tubuh dan kecantikan.
Pemanfaatan kelapa Genjah sebagai tanaman pekarangan, masih sangat terbatas dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa tahun lalu penelitian tentang pemanfaatan air kelapa Genjah sudah dilakukan oleh beberapa peneliti Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain (Balitka Manado). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail Maskromo, Jenette Kumaunang dan Steivie Karouw dilaporkan bahwa air buah kelapa muda mempunyai kandungan karabohidrat sederhana yaitu glokosa, sukrosa, fruktosa, serbitol dan inositol. Selain itu air kelapa muda disamping mempunyai kandungan kalium yang tinggi (7300 mg/liter) juga mengandung asam amino seperti araginin, alanin, sistein dan serin.
Dari hasil analisis beberapa jenis air kelapa, dapat disimpulkan bahwa Kelapa Genjah Salak dan Kelapa Genjah Kuning Nias memiliki keunggulan dalam hal kandungan gizi, sehingga baik dikonsumsi secara langsung dalam bentuk minuman segar dan berpotensi sebagai bahan baku untuk diolah menjadi minuman kesehatan. Hasil penelitian ini telah dipresentasikan dalam Konferensi Nasional Kelapa Ke Enam di Gorontalo pada tahun 2006.
Air kelapa muda disamping dapat diminum langsung, juga dapat diolah menjadi minuman kesehatan setelah melalui beberapa tahapan pemrosesan. Tahapannya adalah air kelapa muda disaring dengan menggunakan alat saring, kemudian tambahkan gula 10% dan asam sitrat 0,15% per liter lalu dipanaskan sampai mendidih. Angkat dan masukkan kedalam botol atau kemasan plastik cup. Minuman ini tahan dalam penyimpanan sampai dua bulan. Proses pengawetan air kelapa dengan teknik pemanasan Ultra High Temperature (UHT) mampu meningkatkan daya simpan, tetapi nilai gizi, citarasa dan aroma khas air kelapa muda mengalami perubahan.
Oleh karena potensi air kelapa di Indonesia yang sangat besar sebagai minuman energi banyak diminati konsumen, diharapkan air kelapa selain dapat sebagai pelepas dahaga, juga dapat digunakan sebagai minuman isotonik alami yang berfungsi sebagai penguat tubuh dan kecantikan.
Sumber : Prosiding KNK VI.

beberapa sumber tenaga dalam mekanisasai

A. Sumber tenaga listrik


Listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu, seperti elektron dan proton, yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya di antaranya.
Listrik adalah sumber energi yang disalurkan melalui kabel. Arus listrik timbul karena muatan listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif. Pada umumnya listrik dibangkitkan dari turbin yang digerakkan uap air. Uap air dihasilkan dengan mendidihkan air dalam bejana (boiller). Bahan bakar yang sering digunakan untuk mendidihkan air inilah yang membedakan nama pembangkit listrik
Sumber tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui motor listrik dapat menghasilkan tenaga mekanik lainnya. Keuntungan penggunaan tenaga listrik antara lain:
1. Motor listrik konstruksinya sederhana dan kompak
2. Pengambilan tenaga listrik mudah terutama setelah listrik masuk desa
3. Membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang sederhana
4. Cara mengoperasikannya sangat mudah, yaitu hanya memutar kontak
5. Tidak menimbulkan suara, bersih.
6. Menghasilkan tenaga yang halus dan seragam
7. Dapat menyesuaikan dengan beban.




B. Sumber tenaga motor bakar
Motor bakar adalah suatu sistem perubah tenaga dari tenaga panas menjadi tenaga gerak. Sebagai sumber tenaga panas dapat berasal dari kayu, batubara, minyak tanah, bensin dan sebagainya. Tenaga yang dihasilkan oleh motor jika dibandingkan dengan tenaga manusia atau hewan jauh lebih besar. Tenaga yang dapat dihasilkan oleh motor bisa mencapai ratusan kilo watt (KW) tergantung dari besar kecilnya motor. Untuk motor bensin dan diesel (motor bakar dalam) lebih praktis penggunaannya dilapangan jika dibandingkan dengan motor listrik. Tetapi motor bensin dan motor diesel memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan karena akan menyebabkan polusi udara. Penggunaan tenaga motor bakar di bidang pertanian mempunyai keuntungan antara lain:
1. tenaga yang dihasilkan besar
2. ketahanannya baik, mampu bekerja 24 jam secara terus menerus
3. setiap saat dapat digunakan asal bahan bakar atau sumber panas tersedia
4. dapat digunakan sebagai sumber tenaga alat mesin stationer atau mesin
bergerak.
Beberapa contoh bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga motor bakar antara lain yaitu :
 Bahan bakar bio cair
Bahan bakar bio cair biasanya adalah bioalcohol seperti metanol, etanol dan biodiesel. Biodiesel dapat digunakan pada kendaraan diesel modern dengan sedikit atau tanpa modifikasi dan dapat diperoleh dari limbah dan kasar sayur dan minyak hewani serta lemak.
 Solid biomas
Dalam Penggunaan langsung biasanya dalam bentuk padatan yang mudah terbakar, baik kayu bakar atau tanaman lapangan yang mudah terbakar. Bidang tanaman dapat tumbuh secara khusus untuk pembakaran atau dapat digunakan untuk keperluan lain, dan limbah pabrik diproses kemudian digunakan untuk pembakaran. Kebanyakan jenis biomatter, termasuk pupuk kandang kering. Solid biomas juga merupakan gasifikasi, dan digunakan sebagai dijelaskan dalam bagian berikutnya.
 Biogas
Banyak bahan-bahan organik dapat melepaskan gas, karena metabolisation bahan organik oleh bakteri (fermentasi). Landfills sebenarnya perlu melepaskan gas ini untuk mencegah ledakan berbahaya. Rilis kotoran hewan metana di bawah pengaruh anaerob bakteri. Juga, di bawah tekanan tinggi, suhu tinggi, anaerobik kondisi banyak bahan organik seperti kayu dapat menjadi gasified untuk menghasilkan gas.
Biogas dapat dengan mudah dihasilkan dari aliran limbah saat ini, seperti: produksi kertas, produksi gula, limbah, kotoran hewan dan sebagainya. Berbagai aliran limbah harus slurried bersama-sama dan dibiarkan secara alami berfermentasi, menghasilkan gas metana. Kita hanya perlu mengubah kotoran saat ini biogas tanaman untuk tanaman, membangun lebih banyak terpusat lokal biogas kecil tanaman dan rencana untuk masa depan. Produksi biogas memiliki kapasitas untuk menyediakan kami dengan sekitar setengah dari kebutuhan energi kita, baik dibakar untuk produksi listrik atau pipa ke pipa gas saat ini untuk digunakan. Hanya saja yang harus dilakukan dan membuat prioritas. Selain itu, bila tanaman telah diekstrak semua metana dapat, kita ditinggalkan dengan yang lebih baik pupuk untuk lahan pertanian kita daripada kita mulai dengan.
 Bahan bakar fosil
Bahan bakar fosil tidak dianggap sebagai sumber energi terbarukan, tapi sering dibandingkan dan dikontraskan dengan energi terbarukan dalam konteks pengembangan energi masa depan. Yang secara tradisional, walaupun tidak secara universal, diadakan Barat (biogenik) teori mendalilkan bahwa bahan bakar fosil adalah sisa-sisa berubah kuno kehidupan tumbuhan dan hewan disimpan di batuan sedimen. Mereka terbentuk jutaan tahun yang lalu dan telah beristirahat di bawah tanah, sebagian besar terbengkalai, sejak saat itu. Sebaliknya, minyak bumi Abiogenic asal teori menyatakan bahwa minyak bumi (atau minyak bumi) adalah terutama dibuat dari non- biologi sumber hidrokarbon s terletak jauh di dalam Bumi.

Senin, 30 Agustus 2010

manfaat air kelapa

Air Kelapa Muda Bukan Hanya Sebagai Pereda Rasa Haus Saja

Kelapa Muda

Kenikmatan yang tiada tara bila ketika berbuka puasa, salah satu sajiannya adalah serutan kelapa muda dicampur dengan airnya ditambah sirup dan es. Ternyata hasil penelitian dari Balai Penelitian Kelapa Manado dilporkan bahwa air buah kelapa muda memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai minuman kesehatan. Cairan ini bila dimanfaatkan untuk membasuh muka setiap hari, dapat menghilangkan jerawat dan bintik-bintik hitam. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagai minuman isotonik alami yang berfungsi sebagai penguat tubuh dan kecantikan.

Pemanfaatan kelapa Genjah sebagai tanaman pekarangan, masih sangat terbatas dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya. Beberapa tahun lalu penelitian tentang pemanfaatan air kelapa Genjah sudah dilakukan oleh beberapa peneliti Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain (Balitka Manado). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail Maskromo, Jenette Kumaunang dan Steivie Karouw dilaporkan bahwa air buah kelapa muda mempunyai kandungan karabohidrat sederhana yaitu glokosa, sukrosa, fruktosa, serbitol dan inositol. Selain itu air kelapa muda disamping mempunyai kandungan kalium yang tinggi (7300 mg/liter) juga mengandung asam amino seperti araginin, alanin, sistein dan serin.

Dari hasil analisis beberapa jenis air kelapa, dapat disimpulkan bahwa Kelapa Genjah Salak dan Kelapa Genjah Kuning Nias memiliki keunggulan dalam hal kandungan gizi, sehingga baik dikonsumsi secara langsung dalam bentuk minuman segar dan berpotensi sebagai bahan baku untuk diolah menjadi minuman kesehatan. Hasil penelitian ini telah dipresentasikan dalam Konferensi Nasional Kelapa Ke Enam di Gorontalo pada tahun 2006.

Air kelapa muda disamping dapat diminum langsung, juga dapat diolah menjadi minuman kesehatan setelah melalui beberapa tahapan pemrosesan. Tahapannya adalah air kelapa muda disaring dengan menggunakan alat saring, kemudian tambahkan gula 10% dan asam sitrat 0,15% per liter lalu dipanaskan sampai mendidih. Angkat dan masukkan kedalam botol atau kemasan plastik cup. Minuman ini tahan dalam penyimpanan sampai dua bulan. Proses pengawetan air kelapa dengan teknik pemanasan Ultra High Temperature (UHT) mampu meningkatkan daya simpan, tetapi nilai gizi, citarasa dan aroma khas air kelapa muda mengalami perubahan.

Oleh karena potensi air kelapa di Indonesia yang sangat besar sebagai minuman energi banyak diminati konsumen, diharapkan air kelapa selain dapat sebagai pelepas dahaga, juga dapat digunakan sebagai minuman isotonik alami yang berfungsi sebagai penguat tubuh dan kecantikan.

Sumber : Prosiding KNK VI.

http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/853/