Jumat, 19 Februari 2010

laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Pengenalan Penyakit Jamur)

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN
Disebabkan Oleh Jamur


Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034












PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya tanaman merupakan suatu kegiatan pertanian yang dilakukan untuk memperoleh hasil pertanian yang maksimal. Namun dalam melakukan pembudidayaan kita tidak pernah luput dari yang namanya penyakit. Penyakit yaitu suatu keadaan yang mana bagian-bagian tertentu dalam tumbuhan secara fisiologis tidak dapat melakukan aktifitas dengan baik.
Penyakit tumbuhan sangat berperan penting dalam dunia pertanian, dimana penyakit tanaman tersebut dapat menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena penyakit dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil, kerugian tersebut timbul karena adanya kerusakan tanaman, kerusakan tersebut dapat ditimbulkan oleh hama maupun penyakit.
Jamur merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, namun tidak memiliki klorofil. Pada umumnya jamur berbentuk seperti benang bersel banyak dan seluruh bagian dari jamur memiliki potensi untuk tumbuh (Anonim, 2009).




1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul IV tentang Pengenalan Penyakit Tanaman Disebabkan Oleh Jamur adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi gejala-gejala penyakit, siklus hidup, dan pengendalian pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan mengidentifikasi gejala-gejala penyakit, siklus hidup, dan pengendalian pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi (Colletotrichum capsici) yang menyerang tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu Kingdom Fungi, Divisio Ascomycota, Kelas Sodariomycetes, Ordo Phyllachorales, Famili Phyllachoraceae, Genus Colletotrichum, Spesies (Colletotrichum capsici) ( Irzayanti, 2009).
Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman yang menyerang tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) termasuk Kingdom Fungi, Divisi Amastigomycota, Sub Divisi Deuteromycota, Kelas Deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili Tuberculariaceae dan Genus Fusarium, Spesies (Fusarium oxysporum f. sp. Lycopersici Snyd. Et Hans.) (Roma, 2009).
Phytophthora palmivora mempunyai klasifikasi yaitu Kingdom Stramenophiles, Kelas Oomycetes, Ordo Peronosporales, Famili Pythiaceae, Genus Phytophthora, Spesies (Phytophthora palmivora) (Anonim, 2009).
Fusarium yang menyerang tanaman Pisang (Musa sp.) termasuk Kingdom Fungi, Divisi Amastigomycota, Sub Divisi Deuteromycota, Kelas Deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili Tuberculariaceae dan Genus Fusarium, Spesies (Fusarium oxysporum cubense) (Roma, 2009).



2.2 Siklus Hidup
Siklus hidup (Colletotrichum capsici) yang menyerang tanaman cabai (Capsicum annum) sekitar 20 hari, pada dataran rendah 7-12 hari. Jamur pada buah masuk kedalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit karena konodium jamur dapt bertahan dalam waktu yang lama ( Irzayanti, 2009).
Jamur layu Fusarium pada Tomat (Lycopersicum esculentum) dapat mencemari biji atau menular pada cangkokan. Sekali masuk, jamur dapat bertahan selama bertahun-tahun di tanah. Jamur layu Verticillium juga dapat bertahan didalam tanah, pathogen itu dapat menyerang cakupan luas tanam-tanaman, termasuk kentang, terung, strawberry, black rasberry, dan umumnya pada biji-bijian. Kedua jamur itu menyerang tanaman menyerang system perakaran, masuk melalui serabut akar dan menghambat jalannya air serta mineral dalam tanaman (Andhy, 2009).
Phytophthora palmivora yang menyerang buah kakao (Theobroma cacao) memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam famili. Untuk dapat berkembang biak, cendawan ini memerlukan temperatur dan kelembaban udara tertentu. Perkembangan penyakit makin tinggi pada temperatur optimum 31oC Cendawan ini telah dikenal sejak tahun 1886 di Indonesia dan menjadi penyakit penting pada tanaman perkebunan (Phytophthora palmivora) dapat menyerang bermacam-macam tanaman, dengan demikian sumber inokulum selalu ada dilapangan. Namun yang dianggap sumber inokulum paling penting adalah tanah. (Phytophthora) merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang. Pada perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium. Cendawan (Phytophthora palmivora) merupakan cendawan yang mempunyai miselium yang menghasilkan oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi. Zoosporangium dihasilkan sepanjang hifa somatik atau pada ujung hifa dan seperangkat hifa bebas. Sporangium berukuran 36-80 x 26-40 (av 57 x 34) mikron. Oogonium berkisar 26-36 dan 22-32 mikron. Klamidospora siap dibentuk yang memiliki ukuran 32-48 mikron. Zoospora keluar satu persatu melalui papilia yang terdapat pada ujung sporangium. Zoospora mempunyai dua flagella yang tidak sama panjangnya. Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron diketahui bahwa flagella yang pendek (anterior) mempunyai benang-benang yang disebut mastigonema, sedang yang panjang (posterior) berbulu sangat halus. Jenis (Phytophthora sp.) tertentu membentuk klamidospora bulat, terminal atau interkalar, berdinding agak tebal, mula-mula hialin, akhirnya berwarna kecoklat-coklatan (Anaf, 2009).
Perkembangan (Fusarium oxyporum cubense) pada Pisang (Musa sp.) didukung oleh suhu tanah yang hangat (800 F) dan kelembaban tanah yang rendah sekali. Jamur ini jika sekali menginfeksi akan bertahan bertahun-tahun dan juga dapat bertahan dalam tanah bertahun-tahun (Bagus, 2009).
2.3 Mekanisme Jamur Menginfeksi Tanaman
Jamur (Colletotrichum capsici) pada buah Cabai (Capsicum annum) masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi (Colletotrichum capsici) hanya terjadi melalui luka-luka ( Irzayanti, 2009).
Jamur (Fusarium oxysporum Lycopersici) pada tomat (Lycopersicum esculentum) menginfeksi akar terutama melalui luka, menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Setelah jaringan pembuluh mati dan keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi. Patogen ini merupakan patogen tular tanah. Penyebaran dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat terjadi antara 2–3 minggu setelah terinfeksi. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2–3 hari setelah infeksi Patogen menyerang jaringan empulur batang melalui akar yang luka atau terinfeksi. Batang yang terserang akan kehilangan banyak cairan dan berubah warna menjadi kecoklatan, tepi bawah daun menjadi kuning tua (layu), merambat ke bagian dalam secara cepat sehingga seluruh permukaan daun tersebut menguning. Tangkai daun patah pada bagian pangkalnya yang berbatasan dengan batang palsu. Kadang-kadang lapisan luar batang palsu terbelah mulai dari permukaan tanah ( Anonim, 2003).
Cendawan yang mengadakan infeksi pada buah Kakao (Theobroma cacao) dapat bersumber dari tanah, batang yang sakit kanker batang, buah yang sakit, dan tumbuhan inang lainnya. (Phytophthora palmivora) terutama bertahan dalam tanah. Dari sini dapat terbawa oleh percikan air hujan ke buah-buah yang dekat tanah. Setelah mengadakan infeksi, dalam waktu beberapa hari (Phytophthora palmivora) pada buah dapat menghasilkan sporangium. Sporangium dapat terbawa oleh percikan air atau oleh angin dan mencapai buah-buah yang lebih tinggi. Cendawan berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, antara lain semut, sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi. Dari buah-buah yang tinggi, sporangium dapat terbawa air ke buah-buah dibawahnya. Cendawan ini dapat bertahan dalam berbulan-bulan di dalam tanah dalam bentuk sistem (Khlamidospora). Dari buah yang terserang (Phytophthora palmivora) dapat berkembang melalui tangkai dan menyerang bantalan bunga, dan dapat berkembang terus sehingga menyebabkan terjadinya, penyakit kanker batang. Dari sini kelak dapat kembali menyerang buah. Infeksi (Phytophthora palmivora) dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan air hujan melalui permukaan tanah, serangga. Biji didalam buah akan rusak selang 15 hari setelah terinfeksi (Phytophthora palmivora) dapat menyerang bermacam-macam tanaman. Meskipun demikian belum diketahui dengan pasti dari berbagai tanaman tadi semuanya dapat menimbulkan penyakit pada kakao. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber infeksi selalu ada. Namun yang dianggap sebagai sumber infeksi yang paling utama adalah tanah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengendalikan (Phytophthora palmivora) di dalam tanah tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan (Anonim, 2009).
Fusarium oxysporum cubense yang menyerang tanaman Pisang (Musa sp.) dapat bertahan didalam tanah selama beberapa tahun. Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya. Jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan meristem pada ujung akar, melalui epidermis pada zona memanjangnya akar, melalui celah-celah yang terjadi karena munculnya akar lateral baru dan melalui stomata pada daun-daun yang dekat dengan permukaan tanah, kemudian patogen ini berkembang dalam pembuluh kayu yang menghalangi translokasi air. Jika pembuluh kayu cukup tersumbat maka mengakibatkan tanaman menjadi layu. Infeksi pertama dimulai dari akar sehingga mengakibatkan timbulnya bercak kuning kecoklatan pada daun, dalam waktu relatif singkat daun seluruhnya menguning kemudian layu dan akhirnya gugur. Semua daun dapat mengalami hal yang sama. Pada mulanya terjadi kematian satu tanaman, yang kemudian diikuti oleh yang lainnya. Infeksi yang dilakukan oleh (Fusarium oxysporum cubense) terjadi melalui luka pada akar saat pemindahan tanaman. Pada pisang (Fusarium oxysporum cubense) menyerang pada saat tanaman berumur 2–3 minggu dan gejalanya baru tampak pada saat tanaman berumur 5–6 minggu. Misellium dari jamur ini menyerang jaringan pembuluh dan merintangi pembuluh xylem, sehingga menghambat translokasi air. Jika pembuluh sudah tersumbat, mengakibatkan busuk. Fusarium juga diketahui menghasilkan toksin asam fusarat yang mengakibatkan pembusukkan karena penembusan pada membran-membran sel dan metabolisme sel (Roma, 2009).
2.4 Gejala Serangan
Jamur (Colletotrichum capsici) mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Irzayanti, 2008).
Gejala serangan (Fusarium oxyporum Lycopersici) pada tomat (Lycopersicum esculentum) yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini ( Irzayanti, 2008).
Buah kakao (Theobroma cacao) yang terserang tampak berbercak coklat kehitaman, dari ujung atau pangkal buah. Infeksi (Phytophthora palmivora) pada buah menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Kerusakan oleh (Phytophthora palmivora) dapat bervariasi mulai ringan, sedang sampai buah tidak dapat dipanen. Kerusakan berat bila cendawan ini masuk kedalam buah dan menyebabkan pembusukan pada biji. Bila menyerang buah pentil, menyebabkan buah termumifikasi sedangkan serangan pada buah muda menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji. Serangan pada buah yang hampir masak tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan biji namun terjadi biji lembek dan akhirnya penurunan aroma biji yang kurang baik (Anonim, 2009).

Gejala serangan (Fusarium oxyporum cubense) pada tanaman Pisang (Musa sp.) pada penyakit layu Fusarium batang yang dipotong tidak mengeluarkan lendir kemerahan, dan juga tidak terjadi perubahan warna pada bagian dalam buah ( Irzayanti, 2008).
2.5 Pengendalian
Pengendalian Jamur (Colletotrichum capsici) dapat dilakukan dengan tidak menanam biji yang terinfeksi. Buah-buah yang terinfeksi jangan diambil bijinya. Biji dapat diobati dengan Thram 0,2%, yang mana di India obat tersebut dapat mematikan jamur tanpa mempengaruhi perkecambahan benih. Perlakuan seed treatmen, Sanitasi gulma dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah, Menanam benih bebas patogen, Pergiliran tanaman, Perbaikan drainase, serta pemanfaatan Agens Hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba (Pseudomonas flourencens) dan (Bacillus subtilis) (Anonim 2009).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan dianjurkan. penyakit layu yang disebabkan (Fusarium oxysporum) adalah dengan kultur tekhnis yaitu dengan pemberian pupuk kandang, penjarangan anakan, rotasi dengan tanaman bukan inang, pembuatan drainase, menghindari terjadinya luka pada akar, menggunakan benih sehat, dan pengapuran. Kemudian ada cara biologi aplikasi agens hayati misalnya (Trichoderma spp.), (Gliocladium sp.), (Pseudomonas fluorescens), Bacillus subtilis sebelum atau pada saat tanam yang diintroduksikan bersama dengan kompos. Pada tahun 2000, Suprapta menemukan formula ”Biota-L” berupa daun sirih dan rimpang lengkuas sebagai pestisida nabati dan formula ”Persada”yang terdiri dari empat jenis mikroba (Gliocladium sp.), (Fusarium oxysporum), (Pseudomonas flourescens) dan (Streptomyces) sebagai bahan aktif (Roma, 2009).
Pengendalian (Phytophthora palmivora) dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm, kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanamannya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun juga dapat dilakukan dengan penggunaan agensi hayati seperti (Trichoderma sp.). (Anonim, 2009).
Pengendalian (Fusarium oxyporum cubense) dapat dilakukan Sanitasi, Memperbaiki pengairan, Menggunakan benih sehat, Pergiliran Tanaman, memenfaatkan (Trichoderma) dan (Gliocladium), Menggunakan varietas tahan (Anonim, 2009).








III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul IV tentang Pengenalan Penyakit Tanaman Disebabkan Oleh Jamur dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 4 November 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul IV tentang Pengenalan Penyakit Tanaman Disebabkan Oleh Jamur yaitu alat tulis menulis dan alat pertanian.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cabai (Capsicum annum) yang terserang (Colletotrichum capsici), tanaman kakao (Theobroma cacao) yang terserang (Phytophthora palmivora), tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang (Fusarium oxyporum), dan tanaman pisang (Musa sp.) yang terserang (Fusarium oxyporum).



3.3 Cara Kerja
Pertama yang dilakukan adalah mengambil dan mengamati spesimen tanaman yang menunjukan gejala penyakit, lalu menggambar spesimen yang ada dengan jelas dan memberikan penjelasan serta gejala serangannya.

















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul IV tentang Pengenalan Penyakit Tanaman disebabkan oleh Jamur didapatkan hasil sebagai berikut :

Keterangan :
1. bercak-bercak berwarnah hitam
2. Lubang pada buah.
3. Mengkerut dan kempes.
Gambar 44. Morfologi Cabai (Capsicum annum) yang Terserang (Colltotrichum capsici).


Keterangan :
1. Daun yang mongering dan mengkerut,
2. warna batang terlihat berwarna kehijau-hijauan.

Gambar 45. Morfologi Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang (Fusarium oxysporum).


Keterangan :
1. Permukaan kulit berwarna hitam bercak kuning.
2. Buah mengkerut
3. Lunak
Gambar 46. Morfologi Kakao (Theobrema cacao) yang Terserang (Phytophthora palmivora).


Keterangan :
1. Batang berlendir
2. Pinggir-Pinggir serat Batang Berwarnah Merah
3. Batang semu, pada bagian pinggirnya terlihat tidak normal.

Gambar 47. Morfologi Batang Pisang (Musa sp.) yang Terserang (Fusarium oxyporum).



keterangan :

1. Biji Berwarnah Coklat Kehitaman
2. Ada tanda Jamur
Berwarnah Putih pada
kulit
3. Biji Tidak Beraturan

Gambar 48. Morfologi Biji Buah Kakao (Theobroma cacao) yang terserang (Phytophthora palmivora).
4.2 Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu morfologi Cabai (Capsicum annum) yang terserang (Colletotrichum capsici) tampak terlihat bercak-bercak berwarnah hitam, pada cabai terlihat lubang. Cabai (Capsicum annum) terlihat mengkerut dan kempes, serta tangkai cabai (Capsicum annum) mudah terlepas.
Jamur (Colletotrichum capsici) mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Anonim, 2009).
Siklus hidup sekitar 20 hari, pada dataran rendah 7-12 hari. Jamur pada buah masuk kedalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit karena konodium jamur dapt bertahan dalam waktu yang lama ( Irzayanti, 2009).

Pengendalian Cabai (Capsicum annum) yang terserang Jamur (Colletotrichum capsici) dapat dilakukan sanitasi, pemusnahan pohon yang cabai yangp terserang Jamur (Colletotrichum capsici). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan benih yang sehat dan tahan terhadap Jamur (Colletotrichum capsici).
Pengendalian Jamur (Colletotrichum capsici) dapat dilakukan dengan tidak menanam biji yang terinfeksi. Buah-buah yang terinfeksi jangan diambil bijinya. Biji dapat diobati dengan Thram 0,2%, yang mana di India obat tersebut dapat mematikan jamur tanpa mempengaruhi perkecambahan benih. Perlakuan seed treatmen, Sanitasi gulma dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah, Menanam benih bebas patogen, Pergiliran tanaman,Perbaikan drainase, serta pemanfaatan Agens Hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba (Pseudomonas Flourencens) dan (Bacillus subtilis) (Anonim 2009).
Pengamatan Morfologi Tomat Morfologi Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang (Fusarium oxysporum Lycopersici) terlihat gejala serangannya yaitu daun Tomat (Lycopersicum esculentum) terlihat kering yang mana semua daunnya mengkerut, warna batang terlihat berwarna hijau kekuning-kuningan. Pada batang yang diris secara horizontal terlihat lubang-lubang.
Gejala serangan (Fusarium oxyporum Lycopersici) pada tomat (Lycopersicum esculentum) yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadipucat, tangkaidaun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2009).
Jamur layu (Fusarium) pada ladang dapat mencemari biji atau menular pada cangkokan. Sekali masuk, jamur dapat bertahan selama bertahun-tahun di tanah. Jamur layu (Verticillium) juga dapat bertahan didalam tanah, pathogen itu dapat menyerang cakupan luas tanam-tanaman, termasuk kentang, terung, strawberry, black rasberry, dan umumnya pada biji-bijian. Kedua jamur itu menyerang tanaman menyerang system perakaran, masuk melalui serabut akar dan menghambat jalannya air serta mineral dalam tanaman (Andhy, 2009).
Pengendalian (Fusarium oxyporum Lycopersici) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) dilakukan dengan cara melakukan sanitasi yang baik, menggunkan bibit unggul untuk dibudidayakan, pemberian pupuk yang rutin dan memusnahkan tanaman yang terserang (Fusarium oxyporum Lycopersici).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan dianjurkan. penyakit layu yang disebabkan (Fusarium oxysporum Lycopersici) adalah dengan kultur tekhnis yaitu dengan pemberian pupuk kandang, penjarangan anakan, rotasi dengan tanaman bukan inang, pembuatan drainase, menghindari terjadinya luka pada akar, menggunakan benih sehat, dan pengapuran. Kemudian ada cara biologi aplikasi agens hayati misalnya (Trichoderma spp.), (Gliocladium sp.), (Pseudomonas fluorescens), (Bacillus subtilis) sebelum atau pada saat tanam yang diintroduksikan bersama dengan kompos. Pada tahun 2000, Suprapta menemukan formula ”Biota-L” berupa daun sirih dan rimpang lengkuas sebagai pestisida nabati dan formula ”Persada”yang terdiri dari empat jenis mikroba (Gliocladium sp.), (Fusarium oxysporum), (Pseudomonas flourescens) dan (Streptomyces) sebagai bahan aktif. Fusarium adalah jamur tular tanah (soilborne) yang mempunyai banyak spesies dan kisaran inang seperti tomat, kacang tanah, kacang panjang, kedelai dan lain-lainnya. Jamur menginfeksi akar terutama melalui luka, menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Setelah jaringan pembuluh mati dan keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi. Patogen ini merupakan patogen tular tanah. Penyebaran dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat terjadi antara 2–3 minggu setelah terinfeksi. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2–3 hari setelah infeksi. Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin coklat dari berkas pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa yang berwarna putih seperti kapas (Roma, 2009).
Pengamatan morfologi pada Kakao (Theobroma cacao) yang terserang (Phytophthora palmivora) terlihat dimana kakoa (Theobroma cacao) permukaan kulit berwarna hitam dengan sedikit bercak-bercak berwarna kuning, buah yang terserang sangat lembek, serta ukuran buah tidak normal.
Infeksi (Phitophthora palmivora) pada buah menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Pembentukan spora terlihat dengan adanya warna putih di atas bercak hitam yang telah meluas. Pada temperatur 27,5 sampai 30o C pertumbuhan spora ini sangat cepat. Infeksi (Phytophthora palmivora) dicirikan dengan adanya bercak berwarna coklat yang mulai dari bagian mana saja. Jaringan yang tidak terinfeksi tampak jelas dan dibatasi oleh permukaan kasar, tetapi bercak dapat berkembang dengan cepat dan seringkali menampakkan pembusukan yang menyeluruh dan berwarna hitam. Pertumbuhan cendawan pada bagian-bagian luar kakao lebih cepat, tetapi infeksi yang menyeluruh dapat menyebabkan kerusakan pada biji. Busuk buah dapat ditemukan pada semua tingkatan buah, sejak buah masih kecil sampai menjelang masak warna buah berubah, umumnya mulai ujung buah atau dekat dengan tangkai kemudian meluas keseluruh permukaan buah dan akhirnya buah menjadi hitam. Pada permukaan buah yang sakit dan menjadi hitam tadi timbul lapisan berwarna putih tepung yang merupakan cendawan sekunder yang banyak membentuk spora. Pada permukaan buah juga banyak ditemukan sporangiofor dan sporangium cendawan. Kerusakan oleh (Phytophthora palmivora) dapat bervariasi mulai ringan, sedang sampai buah tidak dapat dipanen. Kerusakan berat bila cendawan ini masuk kedalam buah dan menyebabkan pembusukan pada biji. Bila menyerang buah pentil, menyebabkan buah termumifikasi sedangkan serangan pada buah muda menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji. Serangan pada buah yang hampir masak tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan biji namun terjadi biji lembek dan akhirnya penurunan aroma biji yang kurang baik. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab (Anonim, 2009).
Phytophthora palmivora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoosporanya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang. Pada perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium. Cendawan (Phitophthora palmivora) merupakan cendawan yang mempunyai miselium yang menghasilkan oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi. Zoosporangium dihasilkan sepanjang hifa somatik atau pada ujung hifa dan seperangkat hifa bebas. Sporangium berukuran 36-80x26-40 (av 57x34) mikron. Oogonium berkisar 26-36 dan 22-32 mikron. Klamidospora siap dibentuk yang memiliki ukuran 32-48 mikron. Zoospora keluar satu persatu melalui papilia yang terdapat pada ujung sporangium. Zoospora mempunyai dua flagella yang tidak sama panjangnya. Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron diketahui bahwa flagella yang pendek (anterior) mempunyai benang-benang yang disebut mastigonema, sedang yang panjang (posterior) berbulu sangat halus. Jenis (Phytophthora sp.) tertentu membentuk klamidospora bulat, terminal atau interkalar, berdinding agak tebal, mula-mula hialin, akhirnya berwarna kecoklat-coklatan (Anonim. 2009).
Pengendalian dapat dilakukan dengan mengeluarkan semua buah yang terserang, kemudian menimbun kulit buah yang terserang, melakuka sanitasi tanpa merusak sisa daun yang berada disekitar pohon karna untuk mencegah (Phytophthora palmivora) menyerang kakao (Theobrema cacao).
Penyakit (Phitophthora palmivora) ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara kimiawi. Menanam klon-klon yang relatif resisten terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora) yaitu DRC 16, Sca 6, Sca 12 dan ICS 6. Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao. Drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit terhambat. Buah-buah yang busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah mungkin sehingga terhambat terjadinya infeksi baru. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. Fungisida yang dapat digunakan adalah fugisida tembaga 0,3 %, dengan interval dua minggu, dan fungisida maneb 0,2 % dengan interval 1–2 minggu. Penyemprotan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprot 500 1/hari dan dilakukan pada saat buah sebagian besar telah berumur tiga bulan atau panjang buah sekitar 12 cm. Untuk aplikasi semua kelompok pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, nematisida, rodentisida, dan yang lain) harus mengikuti prinsip 5 tepat yaitu tepat jenis dan mutu, tepat waktu, tepat konsentrasi, tepat dosis, dan tepat cara (Anaf, 2009).
Pengamatan pisang (Musa sp) terlihat gejala serangan yaitu batang pisang berlendir pinggir batang pisang tampak terlihat berwarna merah, pada daun saat pengambilan bahan terlihat daun mengering dan tampak tergulung-gulung.
Gejala serangan (Fusarium oxyporum cubense) Pada penyakit layu Fusarium batang yang dipotong tidak mengeluarkan lendir kemerahan, dan juga tidak terjadi perubahan warna pada bagian dalam buah (Irzayanti, 2008).
Fusarium oxysporum cubense dapat bertahan didalam tanah selama beberapa tahun. Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya. Jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan meristem pada ujung akar, melalui epidermis pada zona memanjangnya akar, melalui celah-celah yang terjadi karena munculnya akar lateral baru dan melalui stomata pada daun-daun yang dekat dengan permukaan tanah, kemudian patogen ini berkembang dalam pembuluh kayu yang menghalangi translokasi air. Jika pembuluh kayu cukup tersumbat maka mengakibatkan tanaman menjadi layu. Infeksi pertama dimulai dari akar sehingga mengakibatkan timbulnya bercak kuning kecoklatan pada daun, dalam waktu relatif singkat daun seluruhnya menguning kemudian layu dan akhirnya gugur. Semua daun dapat mengalami hal yang sama. Pada mulanya terjadi kematian satu tanaman, yang kemudian diikuti oleh yang lainnya. Infeksi yang dilakukan oleh (Fusarium oxysporum cubense) terjadi melalui luka pada akar saat pemindahan tanaman. Pada tanaman pisang (Fusarium oxysporum cubense) menyerang pada saat tanaman berumur 2–3 minggu dan gejalanya baru tampak pada saat tanaman berumur 5–6 minggu. Misellium dari jamur ini menyerang jaringan pembuluh dan merintangi pembuluh xylem, sehingga menghambat translokasi air. Jika pembuluh sudah tersumbat, mengakibatkan busuk. (Fusarium) juga diketahui menghasilkan toksin asam fusarat yang mengakibatkan pembusukkan karena penembusan pada membran-membran sel dan metabolisme sel (Roma, 2009).
Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan pemupukan, sanitasi yang baik dan juga memusnahkan semua pisang (Musa sp.) yang terserang sehingga tidak dapat menular ketanaman pisang lainnya.
Sanitasi,Memperbaiki pengairan, Menggunakan benih sehat,Pergiliran Tanaman, memanfaatkan (Trichoderma) dan (Gliocladium), Menggunakan varietas tahan (Anonim, 2009).






V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan Praktikum Modul IV Tantang Pengenalan Penyakit Tanaman disebabkan Oleh Jamur dapat disimpulkan yaitu :
1. Penyakit yaitu suatu keadaan yang mana bagian-bagian tertentu dalam tumbuhan secara fisiologis tidak dapat melakukan aktifitas dengan baik.
2. Gejala umum yang disebabkan jamur yaitu layu pada tanaman yang terserang, bercak-bercak hitam pada daun dan buah,serta buah menjadi busuk.
3. Pada umumnya jamur berbentuk seperti benang bersel banyak dan seluruh bagian dari jamur memiliki potensi untuk tumbuh
4. Pengendalian jamur secara umum dapat dilakukan dengan cara sanitasi yang baik, melakukan pergiliran tanaman serta menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit serta menggunakan agensi hayati.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan agar dalam mengendalikan serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur sebaiknya jangan menggunakan pestisida, karena jika digunakan dalam kadar yang tinggi maka akan menyebabkan resistensi pada tanaman itu sendiri dan juga akan berdampak negatif buat tanaman, tanah dan petani itu sendiri. Sebaiknya menggunakan agensi hayati seperti (Trichoderma sp.)

DAFTAR PUSTAKA
Anaf, 2009. Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora). http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/busuk-buah kakaophytophthorapalmivora.html. Diakses pada Tanggal 6 November 2009.

Andhy, 2009. Penyakit Layu pada Tomat. http://andhy-jamur.blogspot.com/. Diakses pada Tanggal 6 November 2009.

Anonim, 2003. Pencarian Gambar. (http=//Labmed.vcst/Education/fung morph/Fungal site/Thumbnails,Jgg. Diakses Tanggal 6 November 2009).

_______, 2009. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas pertanian Untad, Palu.

_______, 2009. Hama Penyakit. http://bleckmen.wordpress.com/category/cacao-theobroma-cacao/. Diakses Tanggal 6 November 2009.

_______, 2009. Budidaya Tanaman Cabai. www.diperta.jabarprov.go.id/.../Budidaya%20Tanaman%20%20Cabe.doc. Diakses pada Tanggal 6 November 2009.

Bagus, 2009. Layu Fusarium. http://Jhiagocle.blogspot.com/layu-fusarium. Diaksese pada Tanggal 6 November 2009.

Irzayanti D., 2009. Penyakit–Penyakit Tanaman Kubis–Kubisan. http://deasyirzayanti.blog.com/. Diakses pada Tanggal 6 November 2009.

Roma, 2009. Efektifitas Trichoderma sp. Dari Empat Lokasi Wilayah Banjarbaru Terhadap Fusarium Oxysporum Penyebab Penyakit Layu Tomat. http://romacute.wordpress.com/. Diakses pada Tanggal 6 November 2009.

laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Gulma)

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN GULMA





Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034












PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya tanaman merupakan upaya dalam pertanian untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Dalam melakukan budidaya tanaman kita tidak terlepas dengan yang namanya gangguan, baik gangguan dari hama, penyakit, nematoda maupun gulma.
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung atau kadang-kadang juga belum diketahui kerugian maupun kegunaannya. Oleh karena batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Angga, 2009).
Gulma adalah tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh petani sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Beberapa pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya (Tustiana, 2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum).
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengidentifikasi dan membedakan ciri morfologi dari gulma yang tumbuh di ereal pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum).






II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat-Sifat Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas tertentu, yang umumnya berbeda dengan tanaman pokok atau tanaman budidaya. Sifat-sifat dari gulma tersebut antara lain gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai daerah yang lembab bahkan tergenangpun masih dapat bertahan. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau perkembangbiakan memperbanyak diri besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma perennial (gulma yang hidupnya menahun) dapat pula menyebar luas dengan cara perkembangbiakan vegetatif disamping secara generatif. Luasnya penyebaran gulma disebabkan oleh sifat daun yang dapat bermodifikasi, yaitu tumbuh menjadi tumbuhan baru seperti pada daun Cocor bebek (Calanchoe sp). Demikian juga dengan bagian-bagian tumbuhan gulma yang lain dapat pula tumbuh menjadi individu gulma yang baru, seperti akar, batang, umbi dan lain sebagainya. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi) dengan tanaman budidaya. Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak. Dalam berkompetisi dengan tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang mengeluarkan bau dan rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada sekitar tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa toksin (racun) yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada disekitar gulma tersebut, (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa allelopati) (Johnny, 2006).
2.2 Teki-Tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini Cyperus rotundus dan Fymbristilis miliaceae (Anonim, 2008).
Kelompok gulma teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan (Scirpus moritimus) (Anonim, 2009).
2.3 Gulma Berdaun Lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-marga Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya (Anonim, 2008).
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica) (Anonim, 2009).
2.4 Perkembangbiakan Gulma
Perkembangbiakan (reproduksi) gulma bermacam-macam seperti Dengan biji. Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah biji yang sangat banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis amabilis. Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih luas. Berkembang biak dengan Stolon. Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh gulma ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon. Rhizome (akar rimpang) Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah, bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul tunas yang membentuk individu baru. Tuber (umbi), Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata) yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru dari gulma tersebut. Bulbus (umbi lapis), Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada keluarga Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang). Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru. Contohnya: Calanchoe sp. (cocor bebek), Ranunculus bulbasus. Runner (Sulur) Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes, dan juga berkembang biak dengan Spora, dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp. (Johnny, 2006).

2.5 Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan kerugian yang ditimbulkan oleh gulma. Pada perinsipnya pengendalian gulma dapat dilakukan secara preventif, kultur tehnis, mekanik, kimiawi, dan terpadu. Pengendalian secara preventif dilakukan dengan cara pengadaan benih bersih biji gulma, penggunaan alat pertanian yang bersih gulma. Pengendalian secara kultur tehnis didasarkan pada segi-segi ekologi yang berusaha menciptakan suatu keadaan lingkungan sedemikian rupa sehingga sesuai bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak sesuai bagi pertumbuhan gulma. Pengendalian mekanik dilakukan dengan menggunakan cangkul, garpu, congkel, sabit dan lain-lainnya. Sedangkan pengendalian secara biologis adalah pengendalian gulma dengan menggunakan jasad hidup seperti predator/musuh alami. Pengendalian gulma secara kimiawi adalah cara pengendalian menggunakan herbisida. Pengendalian ini cukup efektif dan efisien untuk areal yang luas, tetapi dapat menimbulkan kendala lain misalnya keracunan dan kerusakan lingkungan (Anonim, 2008).





III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 02 Desember 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma yaitu alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gulma yang berada dalam lahan pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum) yaitu Cyperus pumillus, Amaranthus gracillis, Mimosa pudica, dan Elatine triandra.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja modul Pengenalan Gulma yaitu pertama yang dilakukan adalah mengambil gulma yang menyerang pada lahan budidaya, setelah itu membawanya ke laboratorium. Langkah selanjutnya adalah mengamati dan mengambar morfologi gulma pada buku gambar.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma didapatkan hasil sebagai berikut :


Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Sempit
2. Terlihat Batang Kecil dan Berbuku-buku
3. Terlihat akar serabut
Gambar 59. Morfologi Gulma Cyperus pumilus pada Pertanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum).



Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Lebar
2. Terlihat Berbatang Lunak
3. Terlihat Akar Tunggang
Gambar 60. Morfologi Gulma Amaranthus gracilis pada Pertanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum).


Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Sempit
2. Terlihat Batang Kecil
3. Terlihat Berakar Tunggang

Gambar 61. Morfologi Gulma Mimosa pudica pada Pertanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum).




Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Lebar
2. Terlihat Batangnya Lunak
3. Terlihat Berakar Serabut

Gambar 62. Morfologi Gulma Elatine triandra pada Pertanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum).











4.2 Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu mengamati morfologi tanaman gulma Cyperus pumilus pada pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum), tampak terlihat daunnya kecil memanjang, ujung daun meruncing, tulang daun sejajar serta batang berbuku-buku dan memiliki akar serabut. Gulma Cyperus pumillus ini termasuk dalam golongan gulma teki-tekian.
Gulma ini memiliki daun berbentuk pita, bergaris, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang dengan pelepah daun tertutup tanah. Batangnya tumbuh tegak, berbentuk tumpul atau segitiga. Berakar serabut yang tumbuh menyamping dengan membentuk umbi yang banyak, tiap umbi mempunyai mata tunas, umbi tidak tahan kering selama 14 hari di bawah sinar matahari daya tumbuhnya akan hilang. Gulma Cyperus sp. termasuk dalam famili Cyperaceae (teki-tekian) (Prasetyo, 2009).
Gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae (Johny, 2006).
Pengamatan kedua yaitu mengamati Morfologi Gulma Amaranthus gracilis pada pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum), terlihat daunnya berdaun lebar, bertulang daun sejajar, batangnya lunak serta memiliki akar tunggang. Gulma Amaranthus glacillis ini temasuk dalam golongan gulma berdaun lebar.
Gulma ini berbatang bulat, tegak, berwarna hijau sampai ungu dan termasuk berbatang basah. Daunnya berselang-seling, bulat/oval, menyempit ke bagian ujungnya, panjang tangkai daun 2-8 cm, berujung runcing, tulang daun menyirip, tepi daun rata. Akar berupa akar tunggang, tidak berkayu (herbaceous) dan berwarna putih kekuning-kuningan. Gulma jenis Amaranthus sp. merupakan golongan gulma berdaun lebar (Anonim, 2009).
Gulma berdaun lebar tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya mempunyai lintasan C3, nervatio (pertulangan daun) menyirip, dari kelompok Dicotyledoneae bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal (Johny, 2006).
Pengamatan berikut yaitu mengamati morfologi gulma Mimosa pudica yang menyerang pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum) terlihat daun kecil yang dalam satu tangkai daun jumlahnya banyak, batang kecil, serta memilki sistem perakaran tunggang. Gulma Mimosa pudica ini termasuk dalam golongan gulma berdaun lebar.
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica) (Anonim, 2009).
Daun berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun setiap sirip 5-26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6-16 mm, lebar 1-3 mm, berwarna hijau, umumnya tepi daun berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4-5,5 cm. Batang bulat, berambut, dan berduri tempel. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah. Akarnya berupa akar tunggang. Famili Mimosaceae termasuk dalam kelompok gulma berdaun lebar (Jayani, 2009).
Pengamatan terakhir yaitu mengamati morfologi gulma Elatine triandra yang menyerang pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum). Terlihat bahwa daunnya tampak berdaun lebar, tulang daunnya menjari, batangnya lunak serta memiliki system perakaran serabut.
Gulma Elatine triandra merupakan rumput liar tahunan yang tumbuhnya merambat, umumnya bercabang banyak, bentuk tebal dengan panjang 1-15 cm, bunganya kecil berselang seling. Bunganya mempunyai daun yang biasanya berjumlah 2-3, yang berselaput seperti bujur telur dengan warna merah mudaatau putih dengan ukuran 1-125 nm, benang sari bunganya 2 dengan 3 kepala putik biasanya berbunga sepanjang tahun (Triharso, 2004).

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu cara preventif, mekanik, dan kultur teknik. Cara preventif dapat dilaksanakan melalui karantina tumbuhan atau penggunaan benih berlabel. Cara mekanik dapat dilakukan dengan cara penyiangan, pembabatan, pembakaran, pemakaian mulsa (penggunaan bahan organik atau sampah organik dan anorganik), dan pengolahan tanah. Sedang cara kultur teknik dapat dilakukan dengan memilih varietas unggul, penggunaan jarak tanam optimum, pemupukan optimal, pergiliran tanaman, tumpang sari, dan pohon pelindung (Triharso, 2004).















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang Pengenalan Gulma, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis gulma yang paling dominan tumbuh pada areal pertanaman bawang merah (Allium ascalonicum) adalah Cyperus pumilus, Amaranthus gracilis, Mimosa pudica, Cyperus elatus L., dan Elatine triandra. Gulma Mimosa pudica memililiki populasi yang dominan.
2. Berdasarkan ciri morfologinya, tumbuhan gulma digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu golongan teki-tekian (sedges), golongan rumput-rumputan (grasses), dan golongan gulma berdaun lebar (broadleaft weeds).
3. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara preventif dan kuratif. Secara kuratif dilakukan dengan cara mekanik, biologis dan kimia.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan dalam mengidentifiksai gulma sebaiknya gulma yang menjadi sampel diambil lebih banyak lagi agar dapat mengetahui jenis gulma lebih banyak.





DAFTAR PUSTAKA
Angga, 2009. Identifikasi Gulma. http://angga1503.wordpress.com/2009/01/02/identifikasi-gulma/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.

_______, 2008. Pengendalian Gulma. http://www.ratoonjatim.co.cc/pengendalian_gulma/jenis_dan_sebaran_gulma_di_kebun.htm. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.


_______, 2008. Gulma. http://id.wikipedia.org/wiki/Gulma. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.

_______, 2009. Laporan Gulma. http://tustiana.blogspot.com/2009/02/laporan-gulma-rumput.html. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.
Jayani, 2009. Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi Mimosa pudica. http://toiusd.multiply.com. Diakses pada tanggal 3 November 2009.

Johny, 2006. Dasar-Dasar Mata Kuliah. http://www.google.co.id. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.

Prasetyo, G., 2009. Cyperus. http://toiusd.multiply.com. Diakses pada tanggal 3 November 2009.

Triharso, 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Hama Gudang)

laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Hama Gudang)

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENALAN SERANGGA HAMA

Hama Gudang

Oleh

MUHAMAD RIDWAN

E 281 08 034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2009

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan yang mengganggu atau merusak tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara ekonomis salah satunya adalah hama gudang.

Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi.

Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll.

Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil pertanian serta cara pengendaliannya dan gejala serangannya.

Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang untuk membedakan ciri morfologi dan kehilangan berat serta mengetahui cara pengendalian Hama Gudang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)

2.1.1 Ciri morfologi

Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).

2.1.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies (Callosobruchus chinensis) (Pustekom, 2005).

2.1.3 Gejala serangan

Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras (Indonesia, 2001).

2.1.4 Pengendalian

Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Nayneienay, 2008).

2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

2.2.1 Ciri morfologi

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam ( Rentikol, 2007).

2.2.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Claridae, Genus Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes) ( Wagianto, 2008).

2.2.3 Gejala serangan

Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Darmadi, 2008).

2.2.4 Pengendalian

Pengendalian Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan, sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menggunakan predator, prasit, pathogen sebagai musuh alami. Ada pula yang menggunakan cara mekanis dengan mematikan menggunakan tangan atau alat, menghalau dengan tirai (menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan plastik) (Naynienay, 2008).

2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

2.3.1 Ciri morfologi

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

2.3.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Anonim, 2008 ).

2.3.3 Gejala serangan

Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).

2.3.4 Pengendalian

Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).

2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)

2.4.1 Ciri morfologi

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

2.4.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus zeamays) (Udha, 2008).

2.4.3 Gejala serangan

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).

2.4.4 Pengendalian

Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).

2.5 Kumbang Tepung (Tribolium sp)

2.5.1 Ciri morfologi

Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm.

Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari (Wagianto, 2008).

2.5.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus Tribolium, Spesies (Tribolium sp.) (Rioardi, 2009).

2.5.3 Gejala serangan

Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah (Anonim, 2008).

2.5.4 Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia ( Wagianto, 2008).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang yaitu stoples yang dicet hitam, kain kasa hitam, karet gelang, cawan petri, lup, pinset dan alat tulis menulis serta buku gambar.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 10 ekor Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), 10 ekor Kumbang Tepung (Tribolium sp.), 10 ekor Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays), 10 ekor Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.), 10 ekor Kumbang Kopra (Necrobia rufipes), 100gr beras (Oryza sativa), 100gr jagung (Zea mays), 100gr tepung, 100gr kopra, 100gr kacang hijau (Vigna angularis) dan alkohol 70%.

3.3 Cara Kerja

Tiga hari sebelum melakukan pengamatan, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan yang dibawah, setiap bahan ditimbang seberat 100gr. Setelah melakukan penimbangan kemudian masukan bahan dan 10 ekor serangga hama gudang ke dalam stoples yang sudah dicat hitam. Setelah itu ditutup dengan kain kasa berwarnah hitam, agar tidak lepas kainya diikat dengan karet gelang. Tiga hari kemudian semua bahan yang dimasukan kedalam toples menimbang kembali untuk mengetahui penyusutan bahan dan dilakukan penimbangan sebanyak empat kali pengamatan. Saat praktikum bahan hama gudang yang dibawah keluarkan dari stoples kemudian mengamati struktur morfologinya serta menggambarnya di buku gambar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

Grafik 1. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kacang Hijau (Vigna angularis).

Table 2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)

Grafik 2. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Kopra (Cocos nucifera)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)

Grafik 3. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Beras (Oryza sativa).

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

Grafik 5. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung.

4.1.2 Morfologi Hama Gudang

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui morfologi sebagai berikut :

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 35. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).

Keterangan :

Lubang Pada Kacang Hijau

(Vigna angularis)

Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).

Keterangan :

Lubang Pada Kopra

(Cocos nucifera) akibat serangan Kumbang Kopra

(Necrobia rufipes)

Gambar 38. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 39. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).

Keterangan :

Lubang Pada beras akibat serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

Gambar 40. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).

Keterangan :

Lubang Pada butir jagung (Zea mays)

Gambar 42. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.).

4.2 Pembahasan

Pengamatan pertama yaitu pengukuran kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis), tiga hari sebelum pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis), dilakukan penimbangan awal pada bahan simpanan biji kacang hijau (Vigna angularis), yang mana berat awal semua bahan simpanan adalah sebanyak 100gr. Pada penimbangan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009, berat pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr. Belum menunjukan adanya penurunan berat yang berarti persentase penyusutan bahan adalah 0%. Pada penimbangan berat bahan simpanan yang kedua yang dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, diperoleh hasil bahwa tidak terjadi penyusutan berat bahan yaitu berat bahan masih sama dengan berat bahan awal. Pada pengamatan ketiga yang dilakukan empat hari setelah pengamatan kedua yaitu pada hari Senin, 26 Oktober 2009, dari hasil penimbangan tidak terjadi penyusutun berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu beratnya masih sama dengan berat awal seberat 100gr. Pada penimbangan terakhir yang dilakukan sebelum praktikum berikutnya yaitu pada hari Rabu, 28 Oktober 2009 juga diperoleh hasil yang sama yaitu berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr dan persentase penyusutannya adalah 0%.

Hama Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) akan merusak biji yang telah disimpan di dalam gudang penyimpanan. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomis (Wordpress, 2008).

Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada Kopra, dimana pada pengamatan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan, berat bahan simpanan masih sama dengan berat awal yaitu seberat 100gr. Berat bahan simpanan Kopra pada pengamatan kedua tidak mengalami perubahan. Pengamatan tiga dan empat juga tidak mengalami penyusutan berat yaitu persentase penyusutanya 0 %.

Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada beras (Oriza sativa), pada penimbangan pertama pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan dan penurunan berat. Panimbangan kedua dilakukan dan di peroleh hasil bahwa berat bahan simpanan dan persentase penyusutan tidak mengalami perubahan, juga pada pengamatan ketiga dan keempat.

Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) tidak mengalami penurunan berat pada pengamatan pertama. Pada penimbangan kedua berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) belum juga mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.

Senin, 19 Oktober 2009 dilakukan penimbangan berat bahan simpanan pada tepung dan diperoleh hasil yang sama dengan berat bahan simpanan yang terjadi pada bahan simpanan lainnya. Pada tanggal 22 Oktober dilakukan lagi penimbangan dan hasilnya pun tidak mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.

Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan tidak mengalami penyusutan, hal ini diakibatkan beberapa hal antara lain hama gudang yang di simpan dalam stoples kemungkinan seluruhnya hama betina atau sebaliknya. Dapat juga terjadi diakibatkan saat penimbangan semua hama gudang yang berada dalam stoples terbang dan tidak ada yang tersisa. Dan tempat penyimpanan hama gudang ruangannya steril sehingga menekan perkembang biakan hama gudang yang mengakibatkan hama gudang tersebut mati.

Pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis), tampak terlihat caput, antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah dantungkai tungkai belakang. Caput kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak bulat seperti caput semut hitam. Ukuran tubuh kumbang kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran tubuh hama gudang lainnya.

Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari (Hartati, 2009).

Kumbang Kacang hijau (Callosobruchus chinensis) menyerang pada butir-butir kacang hijau yang gejala serangannya tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu butir biasanya lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya jika tersimpan lama maka akan retak.

Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras ( Wagianto, 2008).

Pengamatan morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) terlihat bahwa kumbang kopra (Necrobia rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut, toraks dan abdomen. Pada torak terdapat tiga pasang tungkai, yaitu tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh kumbang kopra (Necrobia rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki cirri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).

Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat lubang-lubang pada kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan kopra yang diserang baunya jadi busuk.

Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hama sains, 2008).

Pengamatan morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), struktur morfologinya terdiri atas caput, toraks, dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat mata mejemuk. Bagian toraks terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan tungkai depan. Warna tubuh Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak kecoklatan. Pada bagian sayap terdapat empat bercak-bercak berwarna kuning agak kemerahan yang mana dua bercak pada sayap kiri dan dua bercak pada sayap kanan.

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras yang diserang terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang terserang mudah hancur, yang mengakibatkan kualitas beras menjadi buruk.

(Sitophilus oryzae) dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2009).

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) hampir sama dengan morfologi hama gudang lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) lebih panjang dari alat mulut hama gudang lainnya. Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) berwarna coklat kehitam-hitaman.

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

Gejala serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang, sama gejala serangan hama gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala serangan lebih dari satu lubang dan ukuran lubangnya lebih besar.

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Yudhi, 2008).

Pengamatan morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp) terlihat bahwa Kumbang Tepung (Tribolium sp) mempunyai caput, toraks, dan juga abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, mata majemuk dan juga alat mulut. Pada bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan pada bagian abdomen terdapat sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium sp) berwarna coklat kemerahan.

Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari ( Wagianto, 2008).

Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp) mengakibatkan bahan penyimpanan tepung menjadi kotor.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu bahan yang telah diserang warnanya menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap dipermukaan tempat penyimpanan, dan terdapat kotoran serangga (Anonim, 2008).

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hama gudang adalah organisme yang mengganggu atau merusak bahan simpanan pertanian pasca panen.

2. Morfologi hama gudang terdiri dari Caput, Antena, Alat Mulut, Mata Majemuk, Toraks, Tungkai Depan, Tungkai Tengah, Tungkai Belakang, Abdomen dan Sayap.

3. Pengendalian hama gudang untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan.

5.2 Saran

Saran saya sebagai praktikan agar praktikum berikutnya praktikan bisa lebih tenang dalam mengikuti praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture, 2005. Biologi Insecta (http : www.wikipedia. co. id/). Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Anonim, 2007. Hama Pada Tanaman Pangan. http://www.Edukasi.net/mol/mo_full.php?Moid=78&Fname=Bio111_19.Htm. Diakses pada tanggal 30 oktober 2009.

Borror, D.J., C.A, 2009. http://fp.uns.ac.id?~hamasains/dasarperlintan-2.htm0.Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009.

Didi Darmadi, 2008. fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm. diakses pada

tanggal16 oktober 2009

Dikmenum, 2008. INVERTEBRATA http:// www. Dikmenum. Go.id /images. diakses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Deptan, 2008. http://ntb.litbang.deptan.go.id/liptan/hc.pdf. Diakses pada tanggal 30, Oktober 2009.

Hama sains, 2008. http://fp.uns.ac.id?~hamasains/dasarperlintan-2.htm0.Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009.

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi Arachnida dan Myriapoda. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Indonesia, 2001. info@gizi.net. Serangga Hama Gudang. Diakses pada tanggal 30, Oktober 2009.

Naynienay, 2008. http://naynienay.wordpress.com/2008/01/28/tentang-hama- tumbuhan/. Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Pustekom, 2005. http:// 209.85.175.104/ search?q cache : INeAFuGoOvsJ :fp.uns.ac.

id/-hamasains/id/ hamasains/dasar perlintan diakses pada 16 okt 2009.

Rentikol, 2007. Hama Gudang. Rentikol Initial. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Udha, 2008. Hama Pasca Panen http://abank- udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Wagianto, 2008. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=508. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Yudhi, 2008. Hama Pasca Panen http : wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 November 2009.

LAMPIRAN

1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Simpanan Bahan Kacang Hijau (Vigna angularis).

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kopra (Cocos nucifera)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Beras (Oryza sativa)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Jagung (Zea mays)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%