Jumat, 19 Februari 2010

laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Hama Gudang)

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENALAN SERANGGA HAMA

Hama Gudang

Oleh

MUHAMAD RIDWAN

E 281 08 034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2009

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan yang mengganggu atau merusak tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara ekonomis salah satunya adalah hama gudang.

Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi.

Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll.

Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil pertanian serta cara pengendaliannya dan gejala serangannya.

Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang untuk membedakan ciri morfologi dan kehilangan berat serta mengetahui cara pengendalian Hama Gudang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)

2.1.1 Ciri morfologi

Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).

2.1.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies (Callosobruchus chinensis) (Pustekom, 2005).

2.1.3 Gejala serangan

Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras (Indonesia, 2001).

2.1.4 Pengendalian

Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Nayneienay, 2008).

2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

2.2.1 Ciri morfologi

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam ( Rentikol, 2007).

2.2.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Claridae, Genus Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes) ( Wagianto, 2008).

2.2.3 Gejala serangan

Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Darmadi, 2008).

2.2.4 Pengendalian

Pengendalian Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan, sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menggunakan predator, prasit, pathogen sebagai musuh alami. Ada pula yang menggunakan cara mekanis dengan mematikan menggunakan tangan atau alat, menghalau dengan tirai (menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan plastik) (Naynienay, 2008).

2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

2.3.1 Ciri morfologi

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

2.3.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Anonim, 2008 ).

2.3.3 Gejala serangan

Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).

2.3.4 Pengendalian

Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).

2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)

2.4.1 Ciri morfologi

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

2.4.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus zeamays) (Udha, 2008).

2.4.3 Gejala serangan

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).

2.4.4 Pengendalian

Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah, melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).

2.5 Kumbang Tepung (Tribolium sp)

2.5.1 Ciri morfologi

Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm.

Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari (Wagianto, 2008).

2.5.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus Tribolium, Spesies (Tribolium sp.) (Rioardi, 2009).

2.5.3 Gejala serangan

Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama (Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah (Anonim, 2008).

2.5.4 Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia ( Wagianto, 2008).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang yaitu stoples yang dicet hitam, kain kasa hitam, karet gelang, cawan petri, lup, pinset dan alat tulis menulis serta buku gambar.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 10 ekor Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), 10 ekor Kumbang Tepung (Tribolium sp.), 10 ekor Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays), 10 ekor Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.), 10 ekor Kumbang Kopra (Necrobia rufipes), 100gr beras (Oryza sativa), 100gr jagung (Zea mays), 100gr tepung, 100gr kopra, 100gr kacang hijau (Vigna angularis) dan alkohol 70%.

3.3 Cara Kerja

Tiga hari sebelum melakukan pengamatan, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan yang dibawah, setiap bahan ditimbang seberat 100gr. Setelah melakukan penimbangan kemudian masukan bahan dan 10 ekor serangga hama gudang ke dalam stoples yang sudah dicat hitam. Setelah itu ditutup dengan kain kasa berwarnah hitam, agar tidak lepas kainya diikat dengan karet gelang. Tiga hari kemudian semua bahan yang dimasukan kedalam toples menimbang kembali untuk mengetahui penyusutan bahan dan dilakukan penimbangan sebanyak empat kali pengamatan. Saat praktikum bahan hama gudang yang dibawah keluarkan dari stoples kemudian mengamati struktur morfologinya serta menggambarnya di buku gambar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

Grafik 1. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kacang Hijau (Vigna angularis).

Table 2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)

Grafik 2. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Kopra (Cocos nucifera)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)

Grafik 3. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Beras (Oryza sativa).

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

Grafik 5. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung.

4.1.2 Morfologi Hama Gudang

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui morfologi sebagai berikut :

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 35. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).

Keterangan :

Lubang Pada Kacang Hijau

(Vigna angularis)

Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).

Keterangan :

Lubang Pada Kopra

(Cocos nucifera) akibat serangan Kumbang Kopra

(Necrobia rufipes)

Gambar 38. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 39. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).

Keterangan :

Lubang Pada beras akibat serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

Gambar 40. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).

Keterangan :

Lubang Pada butir jagung (Zea mays)

Gambar 42. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.).

4.2 Pembahasan

Pengamatan pertama yaitu pengukuran kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis), tiga hari sebelum pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis), dilakukan penimbangan awal pada bahan simpanan biji kacang hijau (Vigna angularis), yang mana berat awal semua bahan simpanan adalah sebanyak 100gr. Pada penimbangan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009, berat pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr. Belum menunjukan adanya penurunan berat yang berarti persentase penyusutan bahan adalah 0%. Pada penimbangan berat bahan simpanan yang kedua yang dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, diperoleh hasil bahwa tidak terjadi penyusutan berat bahan yaitu berat bahan masih sama dengan berat bahan awal. Pada pengamatan ketiga yang dilakukan empat hari setelah pengamatan kedua yaitu pada hari Senin, 26 Oktober 2009, dari hasil penimbangan tidak terjadi penyusutun berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu beratnya masih sama dengan berat awal seberat 100gr. Pada penimbangan terakhir yang dilakukan sebelum praktikum berikutnya yaitu pada hari Rabu, 28 Oktober 2009 juga diperoleh hasil yang sama yaitu berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr dan persentase penyusutannya adalah 0%.

Hama Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) akan merusak biji yang telah disimpan di dalam gudang penyimpanan. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomis (Wordpress, 2008).

Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada Kopra, dimana pada pengamatan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan, berat bahan simpanan masih sama dengan berat awal yaitu seberat 100gr. Berat bahan simpanan Kopra pada pengamatan kedua tidak mengalami perubahan. Pengamatan tiga dan empat juga tidak mengalami penyusutan berat yaitu persentase penyusutanya 0 %.

Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada beras (Oriza sativa), pada penimbangan pertama pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan dan penurunan berat. Panimbangan kedua dilakukan dan di peroleh hasil bahwa berat bahan simpanan dan persentase penyusutan tidak mengalami perubahan, juga pada pengamatan ketiga dan keempat.

Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) tidak mengalami penurunan berat pada pengamatan pertama. Pada penimbangan kedua berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) belum juga mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.

Senin, 19 Oktober 2009 dilakukan penimbangan berat bahan simpanan pada tepung dan diperoleh hasil yang sama dengan berat bahan simpanan yang terjadi pada bahan simpanan lainnya. Pada tanggal 22 Oktober dilakukan lagi penimbangan dan hasilnya pun tidak mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.

Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan tidak mengalami penyusutan, hal ini diakibatkan beberapa hal antara lain hama gudang yang di simpan dalam stoples kemungkinan seluruhnya hama betina atau sebaliknya. Dapat juga terjadi diakibatkan saat penimbangan semua hama gudang yang berada dalam stoples terbang dan tidak ada yang tersisa. Dan tempat penyimpanan hama gudang ruangannya steril sehingga menekan perkembang biakan hama gudang yang mengakibatkan hama gudang tersebut mati.

Pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis), tampak terlihat caput, antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah dantungkai tungkai belakang. Caput kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak bulat seperti caput semut hitam. Ukuran tubuh kumbang kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran tubuh hama gudang lainnya.

Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari (Hartati, 2009).

Kumbang Kacang hijau (Callosobruchus chinensis) menyerang pada butir-butir kacang hijau yang gejala serangannya tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu butir biasanya lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya jika tersimpan lama maka akan retak.

Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada komoditas beras ( Wagianto, 2008).

Pengamatan morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) terlihat bahwa kumbang kopra (Necrobia rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut, toraks dan abdomen. Pada torak terdapat tiga pasang tungkai, yaitu tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh kumbang kopra (Necrobia rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki cirri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).

Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat lubang-lubang pada kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan kopra yang diserang baunya jadi busuk.

Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hama sains, 2008).

Pengamatan morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), struktur morfologinya terdiri atas caput, toraks, dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat mata mejemuk. Bagian toraks terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan tungkai depan. Warna tubuh Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak kecoklatan. Pada bagian sayap terdapat empat bercak-bercak berwarna kuning agak kemerahan yang mana dua bercak pada sayap kiri dan dua bercak pada sayap kanan.

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras yang diserang terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang terserang mudah hancur, yang mengakibatkan kualitas beras menjadi buruk.

(Sitophilus oryzae) dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2009).

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) hampir sama dengan morfologi hama gudang lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) lebih panjang dari alat mulut hama gudang lainnya. Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) berwarna coklat kehitam-hitaman.

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

Gejala serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang, sama gejala serangan hama gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala serangan lebih dari satu lubang dan ukuran lubangnya lebih besar.

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Yudhi, 2008).

Pengamatan morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp) terlihat bahwa Kumbang Tepung (Tribolium sp) mempunyai caput, toraks, dan juga abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, mata majemuk dan juga alat mulut. Pada bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan pada bagian abdomen terdapat sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium sp) berwarna coklat kemerahan.

Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari ( Wagianto, 2008).

Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp) mengakibatkan bahan penyimpanan tepung menjadi kotor.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu bahan yang telah diserang warnanya menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap dipermukaan tempat penyimpanan, dan terdapat kotoran serangga (Anonim, 2008).

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hama gudang adalah organisme yang mengganggu atau merusak bahan simpanan pertanian pasca panen.

2. Morfologi hama gudang terdiri dari Caput, Antena, Alat Mulut, Mata Majemuk, Toraks, Tungkai Depan, Tungkai Tengah, Tungkai Belakang, Abdomen dan Sayap.

3. Pengendalian hama gudang untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan.

5.2 Saran

Saran saya sebagai praktikan agar praktikum berikutnya praktikan bisa lebih tenang dalam mengikuti praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture, 2005. Biologi Insecta (http : www.wikipedia. co. id/). Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Anonim, 2007. Hama Pada Tanaman Pangan. http://www.Edukasi.net/mol/mo_full.php?Moid=78&Fname=Bio111_19.Htm. Diakses pada tanggal 30 oktober 2009.

Borror, D.J., C.A, 2009. http://fp.uns.ac.id?~hamasains/dasarperlintan-2.htm0.Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009.

Didi Darmadi, 2008. fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm. diakses pada

tanggal16 oktober 2009

Dikmenum, 2008. INVERTEBRATA http:// www. Dikmenum. Go.id /images. diakses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Deptan, 2008. http://ntb.litbang.deptan.go.id/liptan/hc.pdf. Diakses pada tanggal 30, Oktober 2009.

Hama sains, 2008. http://fp.uns.ac.id?~hamasains/dasarperlintan-2.htm0.Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009.

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi Arachnida dan Myriapoda. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Indonesia, 2001. info@gizi.net. Serangga Hama Gudang. Diakses pada tanggal 30, Oktober 2009.

Naynienay, 2008. http://naynienay.wordpress.com/2008/01/28/tentang-hama- tumbuhan/. Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Pustekom, 2005. http:// 209.85.175.104/ search?q cache : INeAFuGoOvsJ :fp.uns.ac.

id/-hamasains/id/ hamasains/dasar perlintan diakses pada 16 okt 2009.

Rentikol, 2007. Hama Gudang. Rentikol Initial. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Udha, 2008. Hama Pasca Panen http://abank- udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Wagianto, 2008. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=508. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Yudhi, 2008. Hama Pasca Panen http : wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 November 2009.

LAMPIRAN

1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Simpanan Bahan Kacang Hijau (Vigna angularis).

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kopra (Cocos nucifera)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Beras (Oryza sativa)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Jagung (Zea mays)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung

No

Hari/Tanggal

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin, 19 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

2.

Kamis, 22 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

3.

Senin, 26 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

4.

Rabu, 28 Oktober 2009

100gr

100gr

0%

Tidak ada komentar: