Senin, 29 Maret 2010

LAPORAN PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI
ALAT-ALAT METEOROLOGI


Oleh
Muhamad Ridwan
E 281 08 034






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permukaan bumi yang kita huni memiliki keadaan tempat yang berbeda. Ada tempat dataran rendah, dataran tinggi, tempat yang suhunya tinggi, curah hujan tinggi dan tempat yang dingin. Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi yang berbeda pula. Menentukan iklim suatu daerah diperlukan data yang telah terkumpul lama, hasil dari pengukuran alat ukur khusus yang disebut instrumentasi klimatologi, perlunya ada instrumens klimatologi karena hal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui iklim pada suatu daerah hingga kita bisa mengetahui kapan hujan, waktu tanam yang tepat dan lain sebagainya. Instrumentasi tak jauh beda bahkan kadang sama dengan instrumentasi meteorologi.
Alat-alat yang digunkan dalam BMG harus tahan setiap waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim diperlukan waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun.
Alat dipasang di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu tertentu agar tak salah ukur misalnya dipikirkan tentang halangan berupa bangunan-bangunan dekat alat ataupun pepohonan. Alat-alat pengukur memerlukan penetapan waktu tertentu mengikuti prosedur tertentu yang sama di semua tempat. Maksudnya agar data dapat dibandingkan sehingga perbedaan data bukanlah akibat kesalahan prosedur tapi betul-betul karena iklimnya berbeda. Jadi perlu keseragaman dalam: peralatan, pemasangan alat, waktu pengamatan dan pengumpulan data.
Dalam Stasiun klimatologi Alat-alat yang umum digunakan di data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam). Unsur-unsur iklim yang diukur adalah radiasi surya, suhu udara dan suhu tanah, kelembapan udara, curah hujan, evaporasi dan angin (Badai, 2009).
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
Praktikum Klimatologi bertujuan untuk mengetahui alat-alat klimatologi dan cara menggunakannya serta dapat menentukan keadaan iklim pada suatu daerah.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat klimatologi serta mengukur kelembapan nisbih udara, kecepatan angin dan lama penyinaran.





II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen. Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus. Kartu ini adalah kartu yang berperan sebagai pencatat data. Kartu Campbell Stokes ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan (Anonim, 2008).
Secara khusus Campbell Stokes dipergunakan untuk mengukur waktu dan lama matahari bersinar dalam satu hari dimana alat tersebut dipasang. Campbell Stokes terdiri dari beberapa bagian yaitu Bola kaca pejal (umumnya berdiameter 96 mm). Plat logam berbentuk mangkuk, sisi bagian dalamnya bercelah-celah sebagai tempat kartupencatat dan penyanggah tempat bola kaca pejal dilengkapi skala dalam derajat yang sesuai dengan derajat lintang bumi. Bagian Pendiri (stand), Bagian dasar terbuat dari logam yang dapat di-leveling. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga) jenis menurut letak matahari. Prinsip kerja Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit) (Anonim, 2009).
2.2 Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai thermometer manual, karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama. Namun ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca. Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap d idalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer medis. Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 °C (-37.89 °F) dan hanya dapat digunakan pada suhu diatasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat membeku sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Jika termometer mengandung nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke dalam kolom dan terjebak disana ketika temperatur naik. Jika ini terjadi termometer tidak dapat digunakan hingga kembali ke kondisi awal. Untuk menghindarinya, termometer air raksa sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat yang hangat saat temperature di bawah -37 °C (-34.6 °F). Pada area di mana suhu maksimum tidak diharapkan naik di atas -38.83 ° C (-37.89 °F) termometer yang memakai campuran air raksa dan thallium mungkin bisa dipakai. Termometer ini mempunyai titik beku of -61.1 °C (-78 °F) (Shafiyyah, 2009).
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur. Termometer harus dipasang secara mendatar di lapangan terbuka. Satuan meteorologi dari temperatur adalah derajat celcius (oC), Reamur (oR) dan Fahrenheit (oF). Umumnya termometer diisi air raksa atau alkohol. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan alas kayu atau besi sebagai penahan. Pada siang hari, termometer harus diikat untuk menghindari sinar matahri langsung. Pada petang hari, termometer dipasang kembali. Untuk menghindari cahaya matahari langsung, termometer dapat juga diberi pelindung atau dengan menempelkannya di dinding bangunan. Termometer bekerja dengan cara yang sederhana. Bila udara panas, maka air raksa dalam termometer akan mengembang. Temperatur pada termometer diukur dengan skala temperatur yang berimpit dengan letak permukaan air raksa (Anonim, 2008).
Psikrometer standar adalah alat pengukur kelembapan udara terdiri dari dua termometer bola basah dan bola kering. Pembasah termometer bola basah harus dijaga agar jangan sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau daya airnya telah berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu diganti, tergantung cepatnya kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor oleh debu. Air pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades. Air banyak mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan garam pada termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan terlebih dahulu bacalah termometer bola kering kemudian termometer bola basah. Suhu udara yang ditunjukkan termometer bola kering lebih mudah berubah daripada termometer bola basah. Semua alat pengukur kelembapan udara ditaruh dalam sangkar cuaca terlindung dari radiasi surya langsung atau radiasi bumi serta (Badai, 2009).
Suhu seringkali juga diartikan sebagai energi kinetis rata-rata suatu benda. Satuan untuk suhu adalah derajat suhu yang umumnya dinyatakan dengan satuan derajat Celsius (°C) disamping tiga sistem skala lain, yaitu satuan Fahrenheit (F), satuan Reamur (R), dan satuan Kelvin (K). Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur dikenal dengan nama termometer. Berdasarkan prinsip fisikanya, termometer dapat digolongkan ke dalam empat macam termometer berdasarkan prinsip pemuaian, termometer berdasarkan prinsip arus listrik, thermometer berdasarkan perubahan tekanan dan volume gas, dan termometer berdasarkan prinsip perubahan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh suatu permukaan bersuhu tinggi. (Sophiadwiratna, 2010).
2.3 Penangkar Hujan
Penangakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe observatorium semua alat penangkar hujan yang beragam bentuknya atau yang otomatis dibandingkan dengan alat penangkar hujan otomatis (OBS). Penangkar hujan OBS adalah manual. Alat penakar hujan di bagi dua yaitu pertama, alat penakar curah hujan otomatis dari type Hellman Obrometer dan yang kedua alat penakar curah hujan biasa (tidak otomatis) dari Ombrometer type Observatorium. Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air dalam bentuk cair atau padat yang mengendap ke bumi yang selalu didahului oleh proses konde yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini (Badai, 2009).
Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi itu adalah data hujan hari kemarin (Anonim, 2009).
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias (Anonim, 2008).
2.4 HV/Acid Rain Sampler
Mempunyai prinsip kerja dimana udara yang mengandung partikel debu di hisap mengalir melalui kertas filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Dimana debu menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling disamping itu juga dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut (Anonim, 2009).
2.5 Panci Penguapan
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat terjadi pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan udara, kecepatan angin, kelembaban udara, intensitas radiasi matahari dan tekanan udara, jenis permukaan benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Dalam meteorologi dikenal dua istilah untuk penguapan yaitu evaporasi dan evapotranspirasi. Untuk Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut Panci Bundar Besar, Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan, Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum, Cup Counter Anemometer, Pondasi atau Alas, Penakar hujan biasa (Anonim, 2008).
2.6 Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort. Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o – 360o dan arah mata angin. Anemometer harus ditempatkandi daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalamanemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka (Anonim, 2008).




2.7 AWS (Automatic Weather Station)
AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather) dengan mudah. Secara umum komponen AWS di bagi beberapa bagian utama yaitu Sensor, Wind speed, Wind direction, Humidity, Temperature, Solar radiation, Air Pressure, Rain gauge, Data Logger, Komputer (sistem perekam dan sistem monitor), Display (optional), Tiang untuk dudukan sensor dan data logger, Penangkal petir. Spesifikasi teknis dari masing-masing komponen biasanya ditentukan, sesuai dengan dimana AWS tersebut akan dipasang (Anonim, 2008).




III. METODOLOGI
3.1 Tempat Dan Waktu
Pelaksanaan Praktikum Klimatologi tentang Pengenalan Alat-Alat Klimatologi serta prinsip kerjanya, dilaksanakan di Bandara Mutiara Palu, Sulawesi Tengah. Waktu pelaksanaan pada hari Kamis, 21 Januari 2010. Pukul 09.00 sampai selesai.
3.2 Alat Dan Prinsip Kerja
3.2.1 Campbell Stokes
Campbell Stokes merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen, untuk mengetahui persentase lama penyinaran dan intensitas matahari. Prinsip kerja Campbell Stokes dimana Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit). Untuk itu Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus yang berperan sebagai pembaca data. Kartu Campbell Stokes dipasang di bawah lensa dengan menyesuaikan arah matahari. Kemudian Campbell Stokes dipasang pada tempat yang terbuka. Untuk mengetahui lama penyinaran dan intensitas matahari dilihat pada bagian yang hangus pada kartu yang dipasang. Kemudian dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan.
3.2.2 Termometer
Suhu (temperatur) adalah suatu besaran panas yang dirasakan oleh manusia. Satuan suhu yang biasa digunakan di Indonesia adalah derajat celcius (0C). Mengingat pentingnya faktor suhu terhadap kehidupan dan aktifitas manusia menyebabkan pengamatan suhu udara yang dilakukan oleh stasiun meteorologi dan klimatologi memiliki beberapa kriteria diantaranya Suhu udara permukaan (suhu udara aktual, rata-rata, maksimum dan minimum). Suhu udara di beberapa ketinggian/ lapisan atmosfer (hingga ketinggian ± 35 Km). Suhu tanah di beberapa kedalaman tanah (hingga kedalaman 1 m). Suhu permukaan air dan suhu permukaan laut.
Termometer yang digunakan adalah termometer bola basah dan bola kering merupakan termometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi (termometer bola kering). Adapun termometer bola basah adalah termometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi.
Termometer ini terbagi atas Termometer maximum dan termometer minimum. Termometer maximum memiliki prinsip kerja dimana Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat atau tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.
Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja termometer ini thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan termometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembalibila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum).
3.2.3 Penangkar Hujan
a. Penangkar Hujan Observatorium
Prinsip kerja penangkar hujan ini adalah Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung dibagi luas penampang atau mulut penangkar Mengukur CH harian (mm). Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00 waktu setempat, atau jam-jam tertentu. Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran, kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar. Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25 mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat dijumlahkan. Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus tadi. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm.. 24,5 mm. menjadi 25 mm. Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x = 1 mm. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan i. Jika tidak ada hujan beri tanda (-) atau (.) pada kartu hujan. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu hujan. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu hujan.
b. Penangkar Hujan Hellman
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
3.2.4 Anemometer
Anemometer harus ditempatkandi daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka.
3.2.5 HV/Acid Rain Sampler
Prinsip kerja alat ini yaitu dimana udara yang mengandung partikel debu akan di hisap mengalir melalui kertas filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling disamping itu juga dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.



3.2.6 Panci Panguapan
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Dalam panci penguapan terdapat beberapa alat yang sangat menentukan dalam mengatahui besar penguapan, alat-alat yang dimaksud yaitu Hook Gauge Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan. Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang dibagi menjadi 50 bagian. Satu putaran penuh dari micrometer mencatat perubahan ujung jarum setinggi 1 mm. Hook gauge buatan Perancis mempunyai micrometer yang dibagi menjadi 20 bagian. Dalam satu bagian menyatakan perubahan tinggi jarum 0,1 mm, berarti untuk satu putaran penuh, perubahan tinggi jarum sebanyak 2mm. Still Well. Bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki. Pada tiap kaki terdapat skrup untu menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat permukaan air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan pada panci sehingga penyetelan ujung jarum dapat lebih mudah dilakukan. Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum Thermometer air merupakan jenis thermometer biasa yang dipasang tegak dengan menggunakan klem. Letak bola thermometer di bawah permukaan air. Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan pembacaan. Floating maximum dan minimum thermometer digunakan untuk mencatat suhu maximum dan minimumair yang terjadi dalam 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk huruf U dengan dua buah bola pada kedua ujungnya. Thermometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung aluminium. Kedua bola thermometer dilindungi terhadap radiasi. Indeks dibuat dari gelas dengan sumbu besi dan mempunyai pegas sehingga dapat dipengeruhi gaya magnet. Suhu maximum ditunjukkan oleh kanan index dalam tabung atas. Suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah. Magnet batang digunakan untuk menyetel kedudukan index setelah suhu dibaca. Cup Counter Anemometer Alat ini dipasang sebelah selatan dekat pusat panci dengan mangkok-mangkoknya sedikit lebih tinggi. Terutama sekali digunakan untuk mengukur banyaknya angin selama 24 jam.Pondasi/ Alas Dibuat dari kayu dicat sehingga tahan terhadap cuaca dan rayap. Bagian atas kayu dicat putih untuk mengurngi penyerapan radiasi sinar matahari. Penakar hujan biasa Untuk memperoleh data curah hujan, yang digunakan dalam menentukan panguapan pada hari-hari hujan. Penakar hujan dipasang +2m dari evaporimeter.



3.2.7 AWS (Automatic Weather Stations)
Prinsip kerja alat ini yaitu merupakan desain yang sengaja dibuat untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather ) dengan mudah.











IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengamatan Praktikum Klimatologi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi
2. Alat-alat yang digunakan dalam BMG antara lain AWS (Automatic Weather Stations) Campbell Stokes, panci pengapaun, Anemometer, thermometer, HV/Acid Rain Sampler dan penangkar hujan.
3. Alat-alat yang umum digunakan di stasiun klimatologi data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam).
4.2 Saran
Sebagai praktikan saran saya kedepannya agar praktikum ini bisa lebih ditingkatkan lagi. Sehingga data dan informasi yang diperoleh bisa lebih banyak sehingga dapat menambah wawasan kita.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Alat-alat Meteorologi .http://74.125.153.132 /search?q=cache:G2XgW Tq4blEJ:2201 oliv.blogspot. com/2008/04/alat-alat-meteorologi.html. Di akses tanggal 24 Januari 2010.
_______, 2008. Klimatologi. http:// 74.125.153. 132/search?q=cache: V3 IGhnJFyhAJ: klim atologiba njarbaru .com. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

_______, 2009. http: // 74. 125. 153.132/s earch?q= cache:LpOtMsuIyfMJ: adjiesensei19. blogspot.com/2009_12_01 _archive. html. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

_______, Klimatologi 2009. http:/ /74 .125.153.132/search?q=cache: TUoi8Fs5PS0J: sophiadwiratna. unpad.ac.id. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Badai, 2009. Agroklimatologi.http ://74.125.153.132/search ?q=cache:ghR_1aiU1jUJ: badaihxh.blogspot.com/2009/01/agroklimatologi-2-data-stasiun.html. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Shafiyyah, 2009. http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/files/2009/06/abauku.doc. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Sophiadwiratna, 2010. http://74.125. 153.132/search ?q=cache:M8Qc5vZ6OeMJ :one.indoskripsi.com. Di akses tanggal 24 Januari 2010.
LAPORAN PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI
ALAT-ALAT METEOROLOGI


Oleh
Muhamad Ridwan
E 281 08 034






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2010


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permukaan bumi yang kita huni memiliki keadaan tempat yang berbeda. Ada tempat dataran rendah, dataran tinggi, tempat yang suhunya tinggi, curah hujan tinggi dan tempat yang dingin. Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi yang berbeda pula. Menentukan iklim suatu daerah diperlukan data yang telah terkumpul lama, hasil dari pengukuran alat ukur khusus yang disebut instrumentasi klimatologi, perlunya ada instrumens klimatologi karena hal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui iklim pada suatu daerah hingga kita bisa mengetahui kapan hujan, waktu tanam yang tepat dan lain sebagainya. Instrumentasi tak jauh beda bahkan kadang sama dengan instrumentasi meteorologi.
Alat-alat yang digunkan dalam BMG harus tahan setiap waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim diperlukan waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun.
Alat dipasang di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu tertentu agar tak salah ukur misalnya dipikirkan tentang halangan berupa bangunan-bangunan dekat alat ataupun pepohonan. Alat-alat pengukur memerlukan penetapan waktu tertentu mengikuti prosedur tertentu yang sama di semua tempat. Maksudnya agar data dapat dibandingkan sehingga perbedaan data bukanlah akibat kesalahan prosedur tapi betul-betul karena iklimnya berbeda. Jadi perlu keseragaman dalam: peralatan, pemasangan alat, waktu pengamatan dan pengumpulan data.
Dalam Stasiun klimatologi Alat-alat yang umum digunakan di data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam). Unsur-unsur iklim yang diukur adalah radiasi surya, suhu udara dan suhu tanah, kelembapan udara, curah hujan, evaporasi dan angin (Badai, 2009).
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
Praktikum Klimatologi bertujuan untuk mengetahui alat-alat klimatologi dan cara menggunakannya serta dapat menentukan keadaan iklim pada suatu daerah.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat klimatologi serta mengukur kelembapan nisbih udara, kecepatan angin dan lama penyinaran.





II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen. Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus. Kartu ini adalah kartu yang berperan sebagai pencatat data. Kartu Campbell Stokes ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan (Anonim, 2008).
Secara khusus Campbell Stokes dipergunakan untuk mengukur waktu dan lama matahari bersinar dalam satu hari dimana alat tersebut dipasang. Campbell Stokes terdiri dari beberapa bagian yaitu Bola kaca pejal (umumnya berdiameter 96 mm). Plat logam berbentuk mangkuk, sisi bagian dalamnya bercelah-celah sebagai tempat kartupencatat dan penyanggah tempat bola kaca pejal dilengkapi skala dalam derajat yang sesuai dengan derajat lintang bumi. Bagian Pendiri (stand), Bagian dasar terbuat dari logam yang dapat di-leveling. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga) jenis menurut letak matahari. Prinsip kerja Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit) (Anonim, 2009).
2.2 Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai thermometer manual, karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama. Namun ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca. Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap d idalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer medis. Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 °C (-37.89 °F) dan hanya dapat digunakan pada suhu diatasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat membeku sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Jika termometer mengandung nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke dalam kolom dan terjebak disana ketika temperatur naik. Jika ini terjadi termometer tidak dapat digunakan hingga kembali ke kondisi awal. Untuk menghindarinya, termometer air raksa sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat yang hangat saat temperature di bawah -37 °C (-34.6 °F). Pada area di mana suhu maksimum tidak diharapkan naik di atas -38.83 ° C (-37.89 °F) termometer yang memakai campuran air raksa dan thallium mungkin bisa dipakai. Termometer ini mempunyai titik beku of -61.1 °C (-78 °F) (Shafiyyah, 2009).
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur. Termometer harus dipasang secara mendatar di lapangan terbuka. Satuan meteorologi dari temperatur adalah derajat celcius (oC), Reamur (oR) dan Fahrenheit (oF). Umumnya termometer diisi air raksa atau alkohol. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan alas kayu atau besi sebagai penahan. Pada siang hari, termometer harus diikat untuk menghindari sinar matahri langsung. Pada petang hari, termometer dipasang kembali. Untuk menghindari cahaya matahari langsung, termometer dapat juga diberi pelindung atau dengan menempelkannya di dinding bangunan. Termometer bekerja dengan cara yang sederhana. Bila udara panas, maka air raksa dalam termometer akan mengembang. Temperatur pada termometer diukur dengan skala temperatur yang berimpit dengan letak permukaan air raksa (Anonim, 2008).
Psikrometer standar adalah alat pengukur kelembapan udara terdiri dari dua termometer bola basah dan bola kering. Pembasah termometer bola basah harus dijaga agar jangan sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau daya airnya telah berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu diganti, tergantung cepatnya kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor oleh debu. Air pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades. Air banyak mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan garam pada termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan terlebih dahulu bacalah termometer bola kering kemudian termometer bola basah. Suhu udara yang ditunjukkan termometer bola kering lebih mudah berubah daripada termometer bola basah. Semua alat pengukur kelembapan udara ditaruh dalam sangkar cuaca terlindung dari radiasi surya langsung atau radiasi bumi serta (Badai, 2009).
Suhu seringkali juga diartikan sebagai energi kinetis rata-rata suatu benda. Satuan untuk suhu adalah derajat suhu yang umumnya dinyatakan dengan satuan derajat Celsius (°C) disamping tiga sistem skala lain, yaitu satuan Fahrenheit (F), satuan Reamur (R), dan satuan Kelvin (K). Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur dikenal dengan nama termometer. Berdasarkan prinsip fisikanya, termometer dapat digolongkan ke dalam empat macam termometer berdasarkan prinsip pemuaian, termometer berdasarkan prinsip arus listrik, thermometer berdasarkan perubahan tekanan dan volume gas, dan termometer berdasarkan prinsip perubahan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh suatu permukaan bersuhu tinggi. (Sophiadwiratna, 2010).
2.3 Penangkar Hujan
Penangakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe observatorium semua alat penangkar hujan yang beragam bentuknya atau yang otomatis dibandingkan dengan alat penangkar hujan otomatis (OBS). Penangkar hujan OBS adalah manual. Alat penakar hujan di bagi dua yaitu pertama, alat penakar curah hujan otomatis dari type Hellman Obrometer dan yang kedua alat penakar curah hujan biasa (tidak otomatis) dari Ombrometer type Observatorium. Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air dalam bentuk cair atau padat yang mengendap ke bumi yang selalu didahului oleh proses konde yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini (Badai, 2009).
Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi itu adalah data hujan hari kemarin (Anonim, 2009).
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias (Anonim, 2008).
2.4 HV/Acid Rain Sampler
Mempunyai prinsip kerja dimana udara yang mengandung partikel debu di hisap mengalir melalui kertas filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Dimana debu menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling disamping itu juga dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut (Anonim, 2009).
2.5 Panci Penguapan
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat terjadi pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan udara, kecepatan angin, kelembaban udara, intensitas radiasi matahari dan tekanan udara, jenis permukaan benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Dalam meteorologi dikenal dua istilah untuk penguapan yaitu evaporasi dan evapotranspirasi. Untuk Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut Panci Bundar Besar, Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan, Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum, Cup Counter Anemometer, Pondasi atau Alas, Penakar hujan biasa (Anonim, 2008).
2.6 Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort. Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o – 360o dan arah mata angin. Anemometer harus ditempatkandi daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalamanemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka (Anonim, 2008).




2.7 AWS (Automatic Weather Station)
AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather) dengan mudah. Secara umum komponen AWS di bagi beberapa bagian utama yaitu Sensor, Wind speed, Wind direction, Humidity, Temperature, Solar radiation, Air Pressure, Rain gauge, Data Logger, Komputer (sistem perekam dan sistem monitor), Display (optional), Tiang untuk dudukan sensor dan data logger, Penangkal petir. Spesifikasi teknis dari masing-masing komponen biasanya ditentukan, sesuai dengan dimana AWS tersebut akan dipasang (Anonim, 2008).




III. METODOLOGI
3.1 Tempat Dan Waktu
Pelaksanaan Praktikum Klimatologi tentang Pengenalan Alat-Alat Klimatologi serta prinsip kerjanya, dilaksanakan di Bandara Mutiara Palu, Sulawesi Tengah. Waktu pelaksanaan pada hari Kamis, 21 Januari 2010. Pukul 09.00 sampai selesai.
3.2 Alat Dan Prinsip Kerja
3.2.1 Campbell Stokes
Campbell Stokes merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen, untuk mengetahui persentase lama penyinaran dan intensitas matahari. Prinsip kerja Campbell Stokes dimana Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit). Untuk itu Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus yang berperan sebagai pembaca data. Kartu Campbell Stokes dipasang di bawah lensa dengan menyesuaikan arah matahari. Kemudian Campbell Stokes dipasang pada tempat yang terbuka. Untuk mengetahui lama penyinaran dan intensitas matahari dilihat pada bagian yang hangus pada kartu yang dipasang. Kemudian dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan.
3.2.2 Termometer
Suhu (temperatur) adalah suatu besaran panas yang dirasakan oleh manusia. Satuan suhu yang biasa digunakan di Indonesia adalah derajat celcius (0C). Mengingat pentingnya faktor suhu terhadap kehidupan dan aktifitas manusia menyebabkan pengamatan suhu udara yang dilakukan oleh stasiun meteorologi dan klimatologi memiliki beberapa kriteria diantaranya Suhu udara permukaan (suhu udara aktual, rata-rata, maksimum dan minimum). Suhu udara di beberapa ketinggian/ lapisan atmosfer (hingga ketinggian ± 35 Km). Suhu tanah di beberapa kedalaman tanah (hingga kedalaman 1 m). Suhu permukaan air dan suhu permukaan laut.
Termometer yang digunakan adalah termometer bola basah dan bola kering merupakan termometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi (termometer bola kering). Adapun termometer bola basah adalah termometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi.
Termometer ini terbagi atas Termometer maximum dan termometer minimum. Termometer maximum memiliki prinsip kerja dimana Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat atau tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.
Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja termometer ini thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan termometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembalibila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum).
3.2.3 Penangkar Hujan
a. Penangkar Hujan Observatorium
Prinsip kerja penangkar hujan ini adalah Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung dibagi luas penampang atau mulut penangkar Mengukur CH harian (mm). Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00 waktu setempat, atau jam-jam tertentu. Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran, kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar. Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25 mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat dijumlahkan. Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus tadi. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm.. 24,5 mm. menjadi 25 mm. Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x = 1 mm. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan i. Jika tidak ada hujan beri tanda (-) atau (.) pada kartu hujan. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu hujan. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu hujan.
b. Penangkar Hujan Hellman
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
3.2.4 Anemometer
Anemometer harus ditempatkandi daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka.
3.2.5 HV/Acid Rain Sampler
Prinsip kerja alat ini yaitu dimana udara yang mengandung partikel debu akan di hisap mengalir melalui kertas filter dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling disamping itu juga dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.



3.2.6 Panci Panguapan
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Dalam panci penguapan terdapat beberapa alat yang sangat menentukan dalam mengatahui besar penguapan, alat-alat yang dimaksud yaitu Hook Gauge Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan. Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang dibagi menjadi 50 bagian. Satu putaran penuh dari micrometer mencatat perubahan ujung jarum setinggi 1 mm. Hook gauge buatan Perancis mempunyai micrometer yang dibagi menjadi 20 bagian. Dalam satu bagian menyatakan perubahan tinggi jarum 0,1 mm, berarti untuk satu putaran penuh, perubahan tinggi jarum sebanyak 2mm. Still Well. Bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki. Pada tiap kaki terdapat skrup untu menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat permukaan air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan pada panci sehingga penyetelan ujung jarum dapat lebih mudah dilakukan. Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum Thermometer air merupakan jenis thermometer biasa yang dipasang tegak dengan menggunakan klem. Letak bola thermometer di bawah permukaan air. Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan pembacaan. Floating maximum dan minimum thermometer digunakan untuk mencatat suhu maximum dan minimumair yang terjadi dalam 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk huruf U dengan dua buah bola pada kedua ujungnya. Thermometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung aluminium. Kedua bola thermometer dilindungi terhadap radiasi. Indeks dibuat dari gelas dengan sumbu besi dan mempunyai pegas sehingga dapat dipengeruhi gaya magnet. Suhu maximum ditunjukkan oleh kanan index dalam tabung atas. Suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah. Magnet batang digunakan untuk menyetel kedudukan index setelah suhu dibaca. Cup Counter Anemometer Alat ini dipasang sebelah selatan dekat pusat panci dengan mangkok-mangkoknya sedikit lebih tinggi. Terutama sekali digunakan untuk mengukur banyaknya angin selama 24 jam.Pondasi/ Alas Dibuat dari kayu dicat sehingga tahan terhadap cuaca dan rayap. Bagian atas kayu dicat putih untuk mengurngi penyerapan radiasi sinar matahari. Penakar hujan biasa Untuk memperoleh data curah hujan, yang digunakan dalam menentukan panguapan pada hari-hari hujan. Penakar hujan dipasang +2m dari evaporimeter.



3.2.7 AWS (Automatic Weather Stations)
Prinsip kerja alat ini yaitu merupakan desain yang sengaja dibuat untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather ) dengan mudah.











IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengamatan Praktikum Klimatologi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi
2. Alat-alat yang digunakan dalam BMG antara lain AWS (Automatic Weather Stations) Campbell Stokes, panci pengapaun, Anemometer, thermometer, HV/Acid Rain Sampler dan penangkar hujan.
3. Alat-alat yang umum digunakan di stasiun klimatologi data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam).
4.2 Saran
Sebagai praktikan saran saya kedepannya agar praktikum ini bisa lebih ditingkatkan lagi. Sehingga data dan informasi yang diperoleh bisa lebih banyak sehingga dapat menambah wawasan kita.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Alat-alat Meteorologi .http://74.125.153.132 /search?q=cache:G2XgW Tq4blEJ:2201 oliv.blogspot. com/2008/04/alat-alat-meteorologi.html. Di akses tanggal 24 Januari 2010.
_______, 2008. Klimatologi. http:// 74.125.153. 132/search?q=cache: V3 IGhnJFyhAJ: klim atologiba njarbaru .com. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

_______, 2009. http: // 74. 125. 153.132/s earch?q= cache:LpOtMsuIyfMJ: adjiesensei19. blogspot.com/2009_12_01 _archive. html. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

_______, Klimatologi 2009. http:/ /74 .125.153.132/search?q=cache: TUoi8Fs5PS0J: sophiadwiratna. unpad.ac.id. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Badai, 2009. Agroklimatologi.http ://74.125.153.132/search ?q=cache:ghR_1aiU1jUJ: badaihxh.blogspot.com/2009/01/agroklimatologi-2-data-stasiun.html. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Shafiyyah, 2009. http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/files/2009/06/abauku.doc. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Sophiadwiratna, 2010. http://74.125. 153.132/search ?q=cache:M8Qc5vZ6OeMJ :one.indoskripsi.com. Di akses tanggal 24 Januari 2010.

Minggu, 21 Maret 2010

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan di sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi, dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Dwyana, 2009).

Udara sekitar ruang pengolahan sering terkontaminasi mikroba yang berasal dari debu, udara yang dikeluarkan oleh penderita penyakit saluran napas dll. Peralatan pengolahan yang tidak dicuci bersih seperti pisau (slicer), talenan, dan peralatan lain yang berhubungan langsung dengan bahan pangan; juga peralatan saji seperti piring, gelas, sendok, botol dan lain-lain. dapat menjadi sumber kontaminan (Rachmawan, 2001).

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Dwyana, 2009).

Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena merupakan usaha atau tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi (Rachmawan, 2001).

Pengetahuan dasar dan keterampilan pengujian adanya kontaminan, pengujian pengaruh penggunaan sanitasi terhadap kontaminan serta cara-cara sanitasi yang baik sangat diperlukan dalam industri pangan baik skala kecil, menengah ataupun industri besar (Rachmawan, 2001).

I.2 TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

§ Untuk mengetahui dan menghitung jumlah koloni mikroorganisme di udara dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA) dan Potato Dekstrose Agar (PDA),

§ Untuk mengetahui jumlah koloni dengan menguji kebersihan tangan sebelum dicuci dan setelah dicuci dengan antiseptik menggunakan media Eosin Methyle Blue Agar (EMBA) dan Vogel Johson Agar (VJA).

§ Untuk mengetahui jumlah koloni dari pengujian kebersihan alat dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA).

I.3 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan hari Sabtu 07 Maret 2009 pada pukul 13.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya (Sumarsih, 2003).

Whittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu: (1) Jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera), (2) Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio Protista), dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio Animalia. Sedangkan Woese menggolongkan jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia makromolekul yang terdapat di dalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan Binatang), dan Eubacteria (Sumarsih, 2003).

Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah protozoa. Jasad redusen menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia. Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur (fungi) (Sumarsih, 2003).

Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan cairan yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu dari permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara (Pelczar, 2006).

Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan hanya sebentar, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembapan, cahaya matahari dan suhu, ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri mikroorganismenya, terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer (Pelczar, 2006).

Keselamatan tiap-tiap makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan di sekitarnya, terutama mikroorganisme. Mikroorganisme tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya (Dwidjoseputro, 1987).

Faktor-faktor yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut :

o Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas. Berkait dengan pertumbuhan dikenal suhu minimum, maksimum, dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan jasad. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisiologi yang paling rendah (Hidayat, 2006).

o Bahan Bentuk Gas

Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, selain dari jenis-jenis gas yang telah dibicarakan pada bab terlebih dahulu, seperti oksigen dan karbondioksida yang sangat penting untuk kehidupan bakteri. Nitrogen dan amonia adalah esensial untuk siklus nitrogen, dan H2S mengambil peranan utama dalam siklus sulfur. Tetapi selain gas yang diperlukan untuk pertumbuhan, ada pula gas-gas toksik yang digunakan sebagai bahan untuk mematikan mikroba, seperti formalin dan etilenoksida yang sering dipakai untuk bahan disinfeksi (Irianto, 2006).

o Tekanan Osmosis

Terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam lingkungan dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. Karena itu, untuk mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmosis yang seimbang antara lingkungan dan isi sel (Irianto, 2006).

o Kelembaban dan Pengeringan

Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Tidak semua air dalam medium dapat digunakan mikroba. Air yang dapat digunakan disebut air bebas. Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora, spora, dan bentuk-bentuk kista. Pada proses pengeringan air akan menguap sehingga kegiatan metabolisme terhenti (Hidayat, 2006).


BAB III

METODOLOGI

III.1 ALAT

Adapun alat yang digunakan yaitu cawan petri, kertas label dan swap steril.

III. BAHAN

Adapun bahan yang dipakai yaitu media pertumbuhan mikroba Nutrien agar, Eosin methyle blue agar, Vogel johson agar, Nacl fisiologis, sabun antispektik, tissue dan alkohol 70 %.

III. CARA KERJA

Uji kontaminasi udara

1. Menyiapkan cawan petri yang berisi media Nutrien afgar (NA ) dan Potato Dextrose agar ( PDA )dalam suatu ruangan tertutup dalam kondisi cawan petri terbuka.

2. Biarkan dalam keadaan terbuka selama 30 menit.

3. Menutup cawan petri dan menginkubasinya pada suhu 30ºC selama 1-2 x 24 jam.inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik.

4. Mengamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada agar cawan. Kemudian menghitung densitas bakteri ( pada NA ) dan densitas khamir/ kapang ( pada PDA ). Densitas bakteri di udara : Jumlah koloni percawan x 60 menit/ 30 menit x 144 in ²/ luas cawan ( in²).

Uji kebersihan udara

1. Menyiapkan media EMBA dan VJA masing- masing sebanyak 2 cawan

2. Menyentuhkan tangan yang belum di cuci pada media EMBA dan VJA selama 5 detik.kemudian menyentuhkan tangan yang telah dicuci dengan sabun antispektik pada cawan yang lainnya.

3. Semua cawan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 30ºc selama 1 – 2 hari. Mengamati pertumbuhan mikroba tersebut. Memperhatikan koloni hitam pada VJA dan koloni hijau metalik dan merah muda pada EMBA.

Uji kebersihan alat

1. Menyiapkan swap yang telah direndam dalam larutan buffer fosfat/ Nacl 0,85%.

2. Memeras swap dengan cara menekankan pada dinding tabung kemudian dipakai untuk menyeka permukaan alat – alat gelas seluas 10 cm.

3. Selanjutnya mengusapakan secara merata pada seluruh permukaan media cawan petri berisi medium nutrient agar ( NA ) dan menginkubasinya pada suhu 30ºC selama 24 jam

4. Menghitung jumlah koloni yanag tumbuh pada permukaan cawan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 HASIL

Uji kontaminasi udara

Nutrien agar ( NA )


KETERANGAN

D:\MyDocuments\Bluetooth Exchange Folder\100320093437.jpg


Jumlah koloni 38

Potato Dextrose agar ( PDA )


KETERANGAN

D:\MyDocuments\Bluetooth Exchange Folder\100320093439.jpg


Jumlah koloni 2


Uji kebersihan tangan

Eosin methyl blue ( EMBA ) Tangan Sebelum dicuci sabun antispektik


Eosin methyl blue ( EMBA ) setelah dicuci sabun antispektik



Keterangan :

Koloni merah muda, Ada koloni bakteri yang tumbuh


Keterangan : Terdapat koloni bakteri, berwarana merah muda dan berbentuk bulat. Bakteri tersebut dari golongan colyform

Vogel Johson agar ( VJA )tangan sebelum dicuci sabun antispektik


Vogel Johson agar ( VJA ) setelah dicuci antispektik



Keterangan : Koloni putih kekuningan


Keterangan : Koloni berwarna kuning, bukan berasal dari golongan staphylococcus

Uji kebersihan alat

Nutrien agar ( NA )


G:\Mikpang\gambar kel.6\Uji kbrshn alat.jpg

IV. 2 PEMBAHASAN

Uji kontaminasi udara

Media yang digunakan untuk menguji adanya kontaminasi udara adalah media NA dan PDA. Masing-masing media tersebut dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan terbuka selama 30 menit. Setelah itu ditutup dan kemudian diinkubasikan selama 1 hari pada suhu 37°C.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa untuk media NA tumbuh koloni bakteri yang berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat-bulatan kecil dan kasar, dan jumlah koloni yang tumbuh adalah 38 koloni.

Sedangkan pada media Potato Dextrose (PDA) Hari pertama inkubasi, terdapat sedikit bakteri, lalu pada hari ketiga tumbuh jamur yang bercabang–cabang dan berserabut yang dikenal sebagai hifa dan terdapat 2 koloni yang tumbuh pada media ini.

Tumbuhnya bakteri pada NA dan kapang pada PDA menunjukkan bahwa medium agar (NA dan PDA) terkontaminasi dengan udara sekitarnya. Dan ini membuktikan bahwa mikroorganisme ada yang hidup di udara. Hal ini berarti bahwa udara di dalam ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba.

Uji kebersihan tangan

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

Bahwa setelah diinkubasi, pertumbuhan koloni hitam pada VJA dan koloni hijau metalik dan merah muda pada EMBA. Media EMBA dengan menggunakan antiseptic menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya pertumbuhan koloni. Hal ini, mengindiokasikan bahwa mungkin saja proses pencucian dengan menggunakan antiseptic tidak dilakukan dengan diteliti sehingga masih terdapat mikroba pada permukaan kulit tangan dan atau dikarenakan tangan praktikan menyentuh permukaan wadah atau meja yang terdapat mikroba setelah mencuci tangannya. Sedangkan EMBA yang telah disentuh tangan tanpa antiseptic memberikan hasil yang positif dengan terbentuknya koloni dari bakteri koliform yang berwarna merah muda

Media pertumbuhan Vogel Jhonson Agar yang telah disentuh tangan dengan menggunakan antiseptic menunjukkan terbentuknya pertumbuhan koloni. Sedangkan VJA tanpa antiseptic tidak terdapat koloni. Terdapatnya bakteri pada tangan setelah pemakaian antiseptic bisa disebabkan karena pada proses pencucian tangan tidak steril dan setelah mencuci tangan menyentuh permukaan meja yang mungkin terdapat sekumpulan mikroba dan faktor lainnya yaitu tidak sterilnya alat yang digunakan (cawan Petri) dan tidak sterilnya tempat pelaksanaan percobaan (enkas). VJA yang disentuhkan dengan tangan tanpa dibersihkan dengan antiseptic tidak ada koloni yang tumbuh, karena bisa dikarenakan oleh media VJA dalam keadaan steril.

Uji kebersihan alat

Media yang digunakan untuk menguji kebersihan alat adalah nutrient agar (NA). Adapun hasil yang telah didapat adalah bahwa tumbuh koloni mikroba pada permukaan cawan, berbentuk bulat-bulat kecil atau bisa juga dikatakan berbentuk titik-titik. Koloni tersebut berwarna putih kekuningan. Jumlah koloni yang tumbuh tidak dapat dihitung karena jumlahnya terlalu banyak untuk dihitung (TBUD).


BAB V

PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan ini berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas adalah sebagi berikut:

§ Pada uji kontaminasi udara pada Media Nutrien Agar, jumlah koloni sebanyak 38 koloni, sedangkan pada media Potato Dekstrose Agar jumlah koloni sebanyak 2 koloni.

§ Pada media pertumbuhan bakteri Eosin Methylen Blue Agar terbentuk koloni bakteri coliform yangberwarna merah muda, lalu pada media pertumbuhan Vogel jhonson Agar terbentuk koloni hitam.

§ Jumlah koloni yang ternetuk pada media pertumbuhan Nutrien agar sangat banyak (terlalu banyak untuk dihitung).

V.2 SARAN

§ Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai nama mikroba yang tumbuh pada medium yang diujikan.

§ Sebaiknya kebersihan laboratorium ditingkatkan lagi.

§ Keramahan asisten tetap dipertahankan.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.

Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya, Bandung.

.Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Penerbit UI-Pres. Jakarta.

Rachmawan, Obin. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. http://202.152.31.170/modul/pertanian/pengendalian_mutu/sumber_kontaminasi_dan_teknik_sanitasi.pdf. Didownload pada tanggal 25 Maret 2009

Minggu, 07 Maret 2010

Laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Nematoda)

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN NEMATODA




Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034










PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda.
Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Anonim, 2009).
Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya khususnya tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Seledri (Aphium graveolens) yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang nematoda.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul tentang Pengenalan Nematoda adalah untuk mengetahui ciri morfologi, gejala serangan, tehnik ekstraksi serta cara pengendalian dari nematode parasitik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan membedakan ciri morfologi dari nematoda dan gejala serangan serta cara pengendalian yang tepat.















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ordo Thylenchidae
Ordo Tylenchidae merupakan nematoda yang menjadi parasit bagi tanaman. Karakteristik ordo ini yaitu stilet berbentuk ramping, lancip, biasanya pada pangkal stilet terdapat knob yang terdiri dari tiga bagian sebagai tempat melekatnya otot-otot. Farink dibagi menjadi empat bagian yang berturut-turut dari depan adalah prokorpus, metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti bulan sabit, sebagai tempat melekatnya otot-otot radial), stimulus (ramping memanjang yang dilingkari oleh sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah basal bulbus atau lobus. Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas. Kerangka kepala tidak ada atau kurang berkembang, stilet kecil baik jantan maupun betina aktif, berupa nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal, vulva terletak di antara pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina meruncing sedangkan nematoda jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung ekor. Kelenjar esofagus berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih dengan usus Anguina dan Ditylenchus (Subagia, 2009).




2.2 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.
Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.), adalah sebagai berikut Kingdom Animalia, Filum Aschelmintes, Klass Nematoda, Sub Klass Secermentea, Ordo Tylencida, Famili Heteroderidae, Sub Famili Heteroderidaenae, Genus Meloidogyne, Spesies Meloidogyne spp. (Anaf, 2009).
2.3 Siklus Hidup
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya (Anaf, 2009).
2.4 Morfologi dan Sistem Reproduksi
2.4.1 Nematoda jantan
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anaf, 2009).
Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2009).


2.4.2 Nematoda betina
Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas, (Anaf, 2009).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2009).
2.5 Tehnik Ekstraksi Nematoda
Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tissue dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2x24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak 100 g, untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman hingga berukuran 0,5 cm dan ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik (Anonim, 2009).
2.6 Tehnik Pengendalian Nematoda
Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan. Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva atau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda. Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Anaf, 2009).































III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 18 November 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda yaitu talang, kain kasa, keranjang, cutter, mikroskop, handsprayer, cawan petri, saringan, ember serta alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman seledri (Aphium graveolensi L.) dan tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang nematoda Meloidogyne spp. beserta tanah sekitarnya, tissue dan aquades.
3.3 Cara Kerja
Ekstraksi tanah yang terinfeksi nematoda langkah kerja yang harus dilakukan adalah yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya menaburi tanah yang terinfeksi nematoda kedalam keranjang secara merata. Setelah tanah sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai tanah sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Ekstraksi akar yang terserang nematoda langkah kerjanya yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya mencuci akar yang terinfeksi nematoda dengan bersih, setelah bersih langkah selanjutnya adalah memasukan potongan akar kedalam keranjang secara merata. Setelah akar sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai akar sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda didapatkan hasil sebagai berikut :


Keterangan :
1. Terlihat daun mengering dan mengkerut
2. warna batang terlihat berwarna kecoklat-coklatan.
3. Terlihat bintil-bintil pada akar.
Gambar 55. Morfologi Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.




Keterangan :
1. Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan
2. Terlihat tangkai daun menjadi layu
3. Terlihat bintil-bintil pada akar.
Gambar 56. Morfologi Seledri (Aphium graveolensi) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.

Keterangan :
1. Caput
2. Mulut
3. Stilet
4. Ekor
5. Abdomen
Gambar 57. Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. Betina pada Pembesaran 10x.




Keterangan :
1. Caput
2. Mulut
3. Stilet
4. Abdomen

Gambar 58. Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. Jantan pada Pembesaran 10x.


4.2 Pembahasan
4.2.1 Nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) serta tanah sekitarnya.

Pengamatan pertama yaitu mengamati morfologi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang Nematoda Meloidogyne spp. terlihat bahwa tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) daunnya menjadi layu dan mengering serta terlihat mengkerut, batang terlihat layu serta warna batang menjadi kecoklat-coklatan pada akar terlihat bintil-bintil yang menempel.
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas (Anaf, 2009).
Tanah yang terinfeksi nematoda Meloidogyne spp. terlihat tanahnya berwarna hitam, jika dipegang terasa sedikit lembab. Tanah yang terinfeksi mudah hancur jika diremas menjadi pertikel tanah halus.
Tipe tanah mempengaruhi perkembangan nematoda misalnya sifat tekstur, aerasi, kelembaban, pH, kandungan bahan organik dan anorganik tanah. Nematoda membutuhkan kelembaban yang lembab dan aerasi yang baik. Aerasi berhubungan erat dengan kandungan air tanah, aerasi akan menurun dengan meningkatnya kandungan air tanah sehingga ketersediaan oksigen dalam tanah berkurang. Pertukaran udara dalam tanah mempengaruhi pernafasan nematoda. Perkembangan nematoda akan baik jika keadaan udara dalam tanah cukup. Pada kondisi oksigen rendah dapat menghambat perkembangan dan penetasan telur. Produksi dan pergantian kulit nematoda kebanyakan sangat sensitif terhadap oksigen yang rendah, sedangkan dampak terhadap penetasan telur kurang peka (Anaf, 2009).

4.2.2 Nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman seledri (Aphium graveolens) serta tanaman sekitarnya.
Pengamatan berikutnya yaitu mengamati morfologi tanaman seledri (Aphium graveolens) yang terinfeksi nematoda terlihat daun seledri (Aphium graveolens) layu dan mengkerut serta terlihat bercak-bercak kecoklatan. Tangakai daun menjadi layu serta terdapat bintil-bintil pada akar.
Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman sel-sel ini membesar dua atau tiga kali dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Anaf, 2009).
Pengamatan selanjutnya mengamati tanah yang terinfeksi nematoda, tanah yang terinfeksi nematoda pada tanah sekitar tanaman seledri (Aphium graveolens) morfologinya sama dengan tanah yang terinfeksi nematoda pada tanah sekitar tanah tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yaitu tanahnya berwarnah hitam, lembab serta mudah hancur ketika di remas.
Nematoda membutuhkan kelembaban yang lembab dan aerasi yang baik. Aerasi berhubungan erat dengan kandungan air tanah, aerasi akan menurun dengan meningkatnya kandungan air tanah sehingga ketersediaan oksigen dalam tanah berkurang. Pertukaran udara dalam tanah mempengaruhi pernafasan nematoda. Perkembangan nematoda akan baik jika keadaan udara dalam tanah cukup. Pada kondisi oksigen rendah dapat menghambat perkembangan dan penetasan telur. Produksi dan pergantian kulit nematoda kebanyakan sangat sensitif terhadap oksigen yang rendah, sedangkan dampak terhadap penetasan telur kurang peka (Anaf, 2009).
4.2.3 Perbedaan nematoda Meloidogyne spp. jantan dan betina
Pengamatan morfologi nematoda terdapat perbedaan morfologi antara nematoda jantan dan betina. Pada mikroskop dengan perbesaran 10x nematoda jantan yang dewasa terlihat bentuk tubuhnya memanjang panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina.
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anaf, 2009).
Pengamatan morfologi nematoda betina pada mikroskop dengan perbesaran 10x terlihat ukurannya lebih pendek dari pada nematoda jantan, tubuh nematoda betina berbentuk oval, panjang tubuhnya sekitar 5 mm.



Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas, (Anaf, 2009).
4.2.4 Tehnik ekstraksi nematoda
Ekstraksi tanah yang terinfeksi nematoda langkah kerja yang harus dilakukan adalah yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya menaburi tanah yang terinfeksi nematoda kedalam keranjang secara merata. Setelah tanah sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai tanah sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Ekstraksi akar yang terserang nematoda langkah kerjanya yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya mencuci akar yang terinfeksi nematoda dengan bersih, setelah bersih langkah selanjutnya adalah memasukan potongan akar kedalam keranjang secara merata. Setelah akar sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai akar sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Cara kerja untuk mengekstraksi Nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tissue dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2x24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak 100 g, untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman hingga berukuran 0,5 cm dan ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik (Anonim, 2009).














V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan Praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman Tantang Pengenalan Nematoda dapat disimpulkan yaitu :
1. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor.
2. Gejala umum Penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar.
3. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan agar dalam praktikum Nematoda sebaiknya melakukan ekstraksi dengan berbagai metode sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan kita.



DAFTAR PUSTAKA
Anaf, 2009. Nematoda Puru Akar Meloidogyne http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html. Diakses pada tanggal 19 November 2009.

Anonim, 2009. Ciri Morfologi Nematoda. http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur…
Diakses pada tanggal 11 November 2009.

______, 2009. Pemeriksaan Laboratorium Nematoda
http://www.karantinaonline.com/sprydetail_id.php?idshow=35. Diakses pada tanggal 19 November 2009.

_______, 2009. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas pertanian Untad, Palu.
Subagia, 2009. Identifikasi Nematoda Parasit Tanaman http://mail.uns.ac.id/~subagiya/Identifikasi%20Nematoda%20Parasit%20Tanaman htm. Diakses tanggal 19 November 2009.