Minggu, 07 Maret 2010

Laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Nematoda)

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN NEMATODA




Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034










PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda.
Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Anonim, 2009).
Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya khususnya tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Seledri (Aphium graveolens) yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang nematoda.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul tentang Pengenalan Nematoda adalah untuk mengetahui ciri morfologi, gejala serangan, tehnik ekstraksi serta cara pengendalian dari nematode parasitik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan membedakan ciri morfologi dari nematoda dan gejala serangan serta cara pengendalian yang tepat.















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ordo Thylenchidae
Ordo Tylenchidae merupakan nematoda yang menjadi parasit bagi tanaman. Karakteristik ordo ini yaitu stilet berbentuk ramping, lancip, biasanya pada pangkal stilet terdapat knob yang terdiri dari tiga bagian sebagai tempat melekatnya otot-otot. Farink dibagi menjadi empat bagian yang berturut-turut dari depan adalah prokorpus, metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti bulan sabit, sebagai tempat melekatnya otot-otot radial), stimulus (ramping memanjang yang dilingkari oleh sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah basal bulbus atau lobus. Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas. Kerangka kepala tidak ada atau kurang berkembang, stilet kecil baik jantan maupun betina aktif, berupa nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal, vulva terletak di antara pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina meruncing sedangkan nematoda jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung ekor. Kelenjar esofagus berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih dengan usus Anguina dan Ditylenchus (Subagia, 2009).




2.2 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.
Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.), adalah sebagai berikut Kingdom Animalia, Filum Aschelmintes, Klass Nematoda, Sub Klass Secermentea, Ordo Tylencida, Famili Heteroderidae, Sub Famili Heteroderidaenae, Genus Meloidogyne, Spesies Meloidogyne spp. (Anaf, 2009).
2.3 Siklus Hidup
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya (Anaf, 2009).
2.4 Morfologi dan Sistem Reproduksi
2.4.1 Nematoda jantan
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anaf, 2009).
Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2009).


2.4.2 Nematoda betina
Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas, (Anaf, 2009).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2009).
2.5 Tehnik Ekstraksi Nematoda
Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tissue dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2x24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak 100 g, untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman hingga berukuran 0,5 cm dan ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik (Anonim, 2009).
2.6 Tehnik Pengendalian Nematoda
Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan. Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva atau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda. Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Anaf, 2009).































III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 18 November 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda yaitu talang, kain kasa, keranjang, cutter, mikroskop, handsprayer, cawan petri, saringan, ember serta alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman seledri (Aphium graveolensi L.) dan tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang nematoda Meloidogyne spp. beserta tanah sekitarnya, tissue dan aquades.
3.3 Cara Kerja
Ekstraksi tanah yang terinfeksi nematoda langkah kerja yang harus dilakukan adalah yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya menaburi tanah yang terinfeksi nematoda kedalam keranjang secara merata. Setelah tanah sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai tanah sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Ekstraksi akar yang terserang nematoda langkah kerjanya yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya mencuci akar yang terinfeksi nematoda dengan bersih, setelah bersih langkah selanjutnya adalah memasukan potongan akar kedalam keranjang secara merata. Setelah akar sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai akar sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda didapatkan hasil sebagai berikut :


Keterangan :
1. Terlihat daun mengering dan mengkerut
2. warna batang terlihat berwarna kecoklat-coklatan.
3. Terlihat bintil-bintil pada akar.
Gambar 55. Morfologi Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.




Keterangan :
1. Terlihat daun mengkerut dan terdapat bercak-bercak kecoklatan
2. Terlihat tangkai daun menjadi layu
3. Terlihat bintil-bintil pada akar.
Gambar 56. Morfologi Seledri (Aphium graveolensi) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.

Keterangan :
1. Caput
2. Mulut
3. Stilet
4. Ekor
5. Abdomen
Gambar 57. Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. Betina pada Pembesaran 10x.




Keterangan :
1. Caput
2. Mulut
3. Stilet
4. Abdomen

Gambar 58. Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. Jantan pada Pembesaran 10x.


4.2 Pembahasan
4.2.1 Nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) serta tanah sekitarnya.

Pengamatan pertama yaitu mengamati morfologi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang Nematoda Meloidogyne spp. terlihat bahwa tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) daunnya menjadi layu dan mengering serta terlihat mengkerut, batang terlihat layu serta warna batang menjadi kecoklat-coklatan pada akar terlihat bintil-bintil yang menempel.
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas (Anaf, 2009).
Tanah yang terinfeksi nematoda Meloidogyne spp. terlihat tanahnya berwarna hitam, jika dipegang terasa sedikit lembab. Tanah yang terinfeksi mudah hancur jika diremas menjadi pertikel tanah halus.
Tipe tanah mempengaruhi perkembangan nematoda misalnya sifat tekstur, aerasi, kelembaban, pH, kandungan bahan organik dan anorganik tanah. Nematoda membutuhkan kelembaban yang lembab dan aerasi yang baik. Aerasi berhubungan erat dengan kandungan air tanah, aerasi akan menurun dengan meningkatnya kandungan air tanah sehingga ketersediaan oksigen dalam tanah berkurang. Pertukaran udara dalam tanah mempengaruhi pernafasan nematoda. Perkembangan nematoda akan baik jika keadaan udara dalam tanah cukup. Pada kondisi oksigen rendah dapat menghambat perkembangan dan penetasan telur. Produksi dan pergantian kulit nematoda kebanyakan sangat sensitif terhadap oksigen yang rendah, sedangkan dampak terhadap penetasan telur kurang peka (Anaf, 2009).

4.2.2 Nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman seledri (Aphium graveolens) serta tanaman sekitarnya.
Pengamatan berikutnya yaitu mengamati morfologi tanaman seledri (Aphium graveolens) yang terinfeksi nematoda terlihat daun seledri (Aphium graveolens) layu dan mengkerut serta terlihat bercak-bercak kecoklatan. Tangakai daun menjadi layu serta terdapat bintil-bintil pada akar.
Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman sel-sel ini membesar dua atau tiga kali dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Anaf, 2009).
Pengamatan selanjutnya mengamati tanah yang terinfeksi nematoda, tanah yang terinfeksi nematoda pada tanah sekitar tanaman seledri (Aphium graveolens) morfologinya sama dengan tanah yang terinfeksi nematoda pada tanah sekitar tanah tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yaitu tanahnya berwarnah hitam, lembab serta mudah hancur ketika di remas.
Nematoda membutuhkan kelembaban yang lembab dan aerasi yang baik. Aerasi berhubungan erat dengan kandungan air tanah, aerasi akan menurun dengan meningkatnya kandungan air tanah sehingga ketersediaan oksigen dalam tanah berkurang. Pertukaran udara dalam tanah mempengaruhi pernafasan nematoda. Perkembangan nematoda akan baik jika keadaan udara dalam tanah cukup. Pada kondisi oksigen rendah dapat menghambat perkembangan dan penetasan telur. Produksi dan pergantian kulit nematoda kebanyakan sangat sensitif terhadap oksigen yang rendah, sedangkan dampak terhadap penetasan telur kurang peka (Anaf, 2009).
4.2.3 Perbedaan nematoda Meloidogyne spp. jantan dan betina
Pengamatan morfologi nematoda terdapat perbedaan morfologi antara nematoda jantan dan betina. Pada mikroskop dengan perbesaran 10x nematoda jantan yang dewasa terlihat bentuk tubuhnya memanjang panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina.
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anaf, 2009).
Pengamatan morfologi nematoda betina pada mikroskop dengan perbesaran 10x terlihat ukurannya lebih pendek dari pada nematoda jantan, tubuh nematoda betina berbentuk oval, panjang tubuhnya sekitar 5 mm.



Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas, (Anaf, 2009).
4.2.4 Tehnik ekstraksi nematoda
Ekstraksi tanah yang terinfeksi nematoda langkah kerja yang harus dilakukan adalah yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya menaburi tanah yang terinfeksi nematoda kedalam keranjang secara merata. Setelah tanah sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai tanah sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Ekstraksi akar yang terserang nematoda langkah kerjanya yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya mencuci akar yang terinfeksi nematoda dengan bersih, setelah bersih langkah selanjutnya adalah memasukan potongan akar kedalam keranjang secara merata. Setelah akar sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai akar sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 1x24 jam, setelah 1x24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Cara kerja untuk mengekstraksi Nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tissue dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2x24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak 100 g, untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman hingga berukuran 0,5 cm dan ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik (Anonim, 2009).














V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan Praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman Tantang Pengenalan Nematoda dapat disimpulkan yaitu :
1. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor.
2. Gejala umum Penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar.
3. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan agar dalam praktikum Nematoda sebaiknya melakukan ekstraksi dengan berbagai metode sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan kita.



DAFTAR PUSTAKA
Anaf, 2009. Nematoda Puru Akar Meloidogyne http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html. Diakses pada tanggal 19 November 2009.

Anonim, 2009. Ciri Morfologi Nematoda. http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur…
Diakses pada tanggal 11 November 2009.

______, 2009. Pemeriksaan Laboratorium Nematoda
http://www.karantinaonline.com/sprydetail_id.php?idshow=35. Diakses pada tanggal 19 November 2009.

_______, 2009. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas pertanian Untad, Palu.
Subagia, 2009. Identifikasi Nematoda Parasit Tanaman http://mail.uns.ac.id/~subagiya/Identifikasi%20Nematoda%20Parasit%20Tanaman htm. Diakses tanggal 19 November 2009.

Tidak ada komentar: