Minggu, 21 Maret 2010

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan di sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi, dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Dwyana, 2009).

Udara sekitar ruang pengolahan sering terkontaminasi mikroba yang berasal dari debu, udara yang dikeluarkan oleh penderita penyakit saluran napas dll. Peralatan pengolahan yang tidak dicuci bersih seperti pisau (slicer), talenan, dan peralatan lain yang berhubungan langsung dengan bahan pangan; juga peralatan saji seperti piring, gelas, sendok, botol dan lain-lain. dapat menjadi sumber kontaminan (Rachmawan, 2001).

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Dwyana, 2009).

Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena merupakan usaha atau tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi (Rachmawan, 2001).

Pengetahuan dasar dan keterampilan pengujian adanya kontaminan, pengujian pengaruh penggunaan sanitasi terhadap kontaminan serta cara-cara sanitasi yang baik sangat diperlukan dalam industri pangan baik skala kecil, menengah ataupun industri besar (Rachmawan, 2001).

I.2 TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

§ Untuk mengetahui dan menghitung jumlah koloni mikroorganisme di udara dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA) dan Potato Dekstrose Agar (PDA),

§ Untuk mengetahui jumlah koloni dengan menguji kebersihan tangan sebelum dicuci dan setelah dicuci dengan antiseptik menggunakan media Eosin Methyle Blue Agar (EMBA) dan Vogel Johson Agar (VJA).

§ Untuk mengetahui jumlah koloni dari pengujian kebersihan alat dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA).

I.3 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan hari Sabtu 07 Maret 2009 pada pukul 13.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya (Sumarsih, 2003).

Whittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu: (1) Jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera), (2) Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio Protista), dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio Animalia. Sedangkan Woese menggolongkan jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia makromolekul yang terdapat di dalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan Binatang), dan Eubacteria (Sumarsih, 2003).

Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah protozoa. Jasad redusen menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia. Contoh mikroba redusen adalah bakteri dan jamur (fungi) (Sumarsih, 2003).

Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan cairan yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu dari permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara (Pelczar, 2006).

Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan hanya sebentar, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembapan, cahaya matahari dan suhu, ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri mikroorganismenya, terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer (Pelczar, 2006).

Keselamatan tiap-tiap makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan di sekitarnya, terutama mikroorganisme. Mikroorganisme tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya (Dwidjoseputro, 1987).

Faktor-faktor yang menguasai kehidupan bakteri antara lain sebagai berikut :

o Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas. Berkait dengan pertumbuhan dikenal suhu minimum, maksimum, dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan jasad. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisiologi yang paling rendah (Hidayat, 2006).

o Bahan Bentuk Gas

Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, selain dari jenis-jenis gas yang telah dibicarakan pada bab terlebih dahulu, seperti oksigen dan karbondioksida yang sangat penting untuk kehidupan bakteri. Nitrogen dan amonia adalah esensial untuk siklus nitrogen, dan H2S mengambil peranan utama dalam siklus sulfur. Tetapi selain gas yang diperlukan untuk pertumbuhan, ada pula gas-gas toksik yang digunakan sebagai bahan untuk mematikan mikroba, seperti formalin dan etilenoksida yang sering dipakai untuk bahan disinfeksi (Irianto, 2006).

o Tekanan Osmosis

Terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam lingkungan dengan tekanan osmosis lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. Karena itu, untuk mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmosis yang seimbang antara lingkungan dan isi sel (Irianto, 2006).

o Kelembaban dan Pengeringan

Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Tidak semua air dalam medium dapat digunakan mikroba. Air yang dapat digunakan disebut air bebas. Banyak mikroba yang tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora, spora, dan bentuk-bentuk kista. Pada proses pengeringan air akan menguap sehingga kegiatan metabolisme terhenti (Hidayat, 2006).


BAB III

METODOLOGI

III.1 ALAT

Adapun alat yang digunakan yaitu cawan petri, kertas label dan swap steril.

III. BAHAN

Adapun bahan yang dipakai yaitu media pertumbuhan mikroba Nutrien agar, Eosin methyle blue agar, Vogel johson agar, Nacl fisiologis, sabun antispektik, tissue dan alkohol 70 %.

III. CARA KERJA

Uji kontaminasi udara

1. Menyiapkan cawan petri yang berisi media Nutrien afgar (NA ) dan Potato Dextrose agar ( PDA )dalam suatu ruangan tertutup dalam kondisi cawan petri terbuka.

2. Biarkan dalam keadaan terbuka selama 30 menit.

3. Menutup cawan petri dan menginkubasinya pada suhu 30ºC selama 1-2 x 24 jam.inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik.

4. Mengamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada agar cawan. Kemudian menghitung densitas bakteri ( pada NA ) dan densitas khamir/ kapang ( pada PDA ). Densitas bakteri di udara : Jumlah koloni percawan x 60 menit/ 30 menit x 144 in ²/ luas cawan ( in²).

Uji kebersihan udara

1. Menyiapkan media EMBA dan VJA masing- masing sebanyak 2 cawan

2. Menyentuhkan tangan yang belum di cuci pada media EMBA dan VJA selama 5 detik.kemudian menyentuhkan tangan yang telah dicuci dengan sabun antispektik pada cawan yang lainnya.

3. Semua cawan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 30ºc selama 1 – 2 hari. Mengamati pertumbuhan mikroba tersebut. Memperhatikan koloni hitam pada VJA dan koloni hijau metalik dan merah muda pada EMBA.

Uji kebersihan alat

1. Menyiapkan swap yang telah direndam dalam larutan buffer fosfat/ Nacl 0,85%.

2. Memeras swap dengan cara menekankan pada dinding tabung kemudian dipakai untuk menyeka permukaan alat – alat gelas seluas 10 cm.

3. Selanjutnya mengusapakan secara merata pada seluruh permukaan media cawan petri berisi medium nutrient agar ( NA ) dan menginkubasinya pada suhu 30ºC selama 24 jam

4. Menghitung jumlah koloni yanag tumbuh pada permukaan cawan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 HASIL

Uji kontaminasi udara

Nutrien agar ( NA )


KETERANGAN

D:\MyDocuments\Bluetooth Exchange Folder\100320093437.jpg


Jumlah koloni 38

Potato Dextrose agar ( PDA )


KETERANGAN

D:\MyDocuments\Bluetooth Exchange Folder\100320093439.jpg


Jumlah koloni 2


Uji kebersihan tangan

Eosin methyl blue ( EMBA ) Tangan Sebelum dicuci sabun antispektik


Eosin methyl blue ( EMBA ) setelah dicuci sabun antispektik



Keterangan :

Koloni merah muda, Ada koloni bakteri yang tumbuh


Keterangan : Terdapat koloni bakteri, berwarana merah muda dan berbentuk bulat. Bakteri tersebut dari golongan colyform

Vogel Johson agar ( VJA )tangan sebelum dicuci sabun antispektik


Vogel Johson agar ( VJA ) setelah dicuci antispektik



Keterangan : Koloni putih kekuningan


Keterangan : Koloni berwarna kuning, bukan berasal dari golongan staphylococcus

Uji kebersihan alat

Nutrien agar ( NA )


G:\Mikpang\gambar kel.6\Uji kbrshn alat.jpg

IV. 2 PEMBAHASAN

Uji kontaminasi udara

Media yang digunakan untuk menguji adanya kontaminasi udara adalah media NA dan PDA. Masing-masing media tersebut dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan terbuka selama 30 menit. Setelah itu ditutup dan kemudian diinkubasikan selama 1 hari pada suhu 37°C.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa untuk media NA tumbuh koloni bakteri yang berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat-bulatan kecil dan kasar, dan jumlah koloni yang tumbuh adalah 38 koloni.

Sedangkan pada media Potato Dextrose (PDA) Hari pertama inkubasi, terdapat sedikit bakteri, lalu pada hari ketiga tumbuh jamur yang bercabang–cabang dan berserabut yang dikenal sebagai hifa dan terdapat 2 koloni yang tumbuh pada media ini.

Tumbuhnya bakteri pada NA dan kapang pada PDA menunjukkan bahwa medium agar (NA dan PDA) terkontaminasi dengan udara sekitarnya. Dan ini membuktikan bahwa mikroorganisme ada yang hidup di udara. Hal ini berarti bahwa udara di dalam ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba.

Uji kebersihan tangan

Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

Bahwa setelah diinkubasi, pertumbuhan koloni hitam pada VJA dan koloni hijau metalik dan merah muda pada EMBA. Media EMBA dengan menggunakan antiseptic menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya pertumbuhan koloni. Hal ini, mengindiokasikan bahwa mungkin saja proses pencucian dengan menggunakan antiseptic tidak dilakukan dengan diteliti sehingga masih terdapat mikroba pada permukaan kulit tangan dan atau dikarenakan tangan praktikan menyentuh permukaan wadah atau meja yang terdapat mikroba setelah mencuci tangannya. Sedangkan EMBA yang telah disentuh tangan tanpa antiseptic memberikan hasil yang positif dengan terbentuknya koloni dari bakteri koliform yang berwarna merah muda

Media pertumbuhan Vogel Jhonson Agar yang telah disentuh tangan dengan menggunakan antiseptic menunjukkan terbentuknya pertumbuhan koloni. Sedangkan VJA tanpa antiseptic tidak terdapat koloni. Terdapatnya bakteri pada tangan setelah pemakaian antiseptic bisa disebabkan karena pada proses pencucian tangan tidak steril dan setelah mencuci tangan menyentuh permukaan meja yang mungkin terdapat sekumpulan mikroba dan faktor lainnya yaitu tidak sterilnya alat yang digunakan (cawan Petri) dan tidak sterilnya tempat pelaksanaan percobaan (enkas). VJA yang disentuhkan dengan tangan tanpa dibersihkan dengan antiseptic tidak ada koloni yang tumbuh, karena bisa dikarenakan oleh media VJA dalam keadaan steril.

Uji kebersihan alat

Media yang digunakan untuk menguji kebersihan alat adalah nutrient agar (NA). Adapun hasil yang telah didapat adalah bahwa tumbuh koloni mikroba pada permukaan cawan, berbentuk bulat-bulat kecil atau bisa juga dikatakan berbentuk titik-titik. Koloni tersebut berwarna putih kekuningan. Jumlah koloni yang tumbuh tidak dapat dihitung karena jumlahnya terlalu banyak untuk dihitung (TBUD).


BAB V

PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan ini berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas adalah sebagi berikut:

§ Pada uji kontaminasi udara pada Media Nutrien Agar, jumlah koloni sebanyak 38 koloni, sedangkan pada media Potato Dekstrose Agar jumlah koloni sebanyak 2 koloni.

§ Pada media pertumbuhan bakteri Eosin Methylen Blue Agar terbentuk koloni bakteri coliform yangberwarna merah muda, lalu pada media pertumbuhan Vogel jhonson Agar terbentuk koloni hitam.

§ Jumlah koloni yang ternetuk pada media pertumbuhan Nutrien agar sangat banyak (terlalu banyak untuk dihitung).

V.2 SARAN

§ Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai nama mikroba yang tumbuh pada medium yang diujikan.

§ Sebaiknya kebersihan laboratorium ditingkatkan lagi.

§ Keramahan asisten tetap dipertahankan.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.

Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya, Bandung.

.Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Penerbit UI-Pres. Jakarta.

Rachmawan, Obin. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. http://202.152.31.170/modul/pertanian/pengendalian_mutu/sumber_kontaminasi_dan_teknik_sanitasi.pdf. Didownload pada tanggal 25 Maret 2009

Tidak ada komentar: